Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Marapi Terus Menyembur

Kompas.com - 08/08/2011, 03:38 WIB

Padang, Kompas - Gunung Marapi di Sumatera Barat, Minggu (7/8), terus menunjukkan aktivitas vulkanik. Saat itu, terjadi sekali letusan kecil dengan semburan abu vulkanik, dua kali gempa vulkanik, dan sekali embusan. ”Namun, secara visual, hari ini Gunung Marapi susah diamati karena tertutup debu kabut,” kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Marapi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Warseno.

Dia mengatakan, pada Senin ini sejumlah alat pengamatan tambahan akan dipasang di atas gunung guna mengumpulkan tambahan data untuk bahan evaluasi status Waspada yang sudah dikenakan sejak Rabu lalu.

Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, pemerintah meningkatkan kesiapan dalam status waspada. Pemerintah baru akan beraksi apabila status Gunung Marapi telah dinaikkan jadi siaga.

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menurunkan tim untuk memeriksa dugaan peningkatan aktivitas di Gunung Papandayan dan Gunung Guntur di Kabupaten Garut. Hal ini dilakukan untuk melihat kebenaran hasil penelitian asing yang mengatakan kedua gunung ini dalam keadaan berbahaya.

”Pemeriksaan ini akan kami lakukan untuk memberikan gambaran pada masyarakat tentang kondisi terakhir di kedua gunung itu. Hal ini penting agar masyarakat yang banyak tinggal di sekitarnya tidak panik,” kata Kepala PVMBG Badan Geologi Surono, Minggu.

Sebelumnya, peneliti asing dari Belgia yang berasal dari Université Libre de Bruxelles dan Royal Observatory of Belgium menyatakan, aktivitas Gunung Papandayan, yang dinyatakan Waspada sejak 16 April 2008, di atas normal atau mendekati keadaan menjelang letusan tahun 2002. Indikatornya adalah aktivitas kegempaan yang mencapai 14 kali per hari. Sebelum meletus tahun 2002 kegempaan di Papandayan hanya terjadi empat kali per hari.

Indikator lain adalah keberadaan kandungan karbon dioksida (CO2). Sebelum letusan 2002, terpantau volume CO2 sebanyak 70 persen di kedalaman kawah sekitar 1 meter. Saat ini, volume CO2 mencapai 100 persen pada kedalaman yang sama. Sedangkan Gunung Guntur disebut memiliki aktivitas abnormal setelah tidak pernah meletus sejak 167 tahun yang lalu.

”Pengalaman letusan yang lalu tidak bisa sepenuhnya dijadikan patokan bagi penentuan status gunung api. Harus ada penerapan dan perimeter ilmiah lainnya,” kata Surono. (CHE/INK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com