KOMPAS.com - Gerakan jemari Rudi terlihat lincah di atas kertas berbintik-bintik. Tidak ada kelihatan tinta hitam layaknya Alquran umumnya dijual orang di pasaran. Namun jelas terdengar lantunan ayat suci dari mulut penghuni panti khusus Tuna Netra Fajar Harapan, Martapura, Kalimantan Selatan itu.
Alquran braille itulah yang sedang dibaca anak panti penyandang tuna netra tersebut. Melihat sepintas sangat sulit bagi kita orang untuk bisa menggunakannya. Tapi bagi penghuni panti asuhan itu, mereka tak terlalu sulit membaca ayat demi ayat di Alquran braille. Bahkan mereka membacanya, tak jauh beda dengan orang lain yang membaca Alquran cetakan.
"Alquran kami memang beda. Ukurannya juga lebih besar dan dibagi per juz," kata salah satu penghuni panti Rudi, Sabtu (6/8/2011) siang.
Bisa dibayangkan, mereka yang tidak melihat saja dengan semangat membaca Alquran, sangat disayangkan orang awam masih banyak yang enggan membacanya. Bahkan, mereka tiap malam usai tarawih bersama melakukan tadarusan hingga 3 juz bisa dibaca. Satu juz umumnya berisi 10 halaman.
Mata boleh tidak bisa melihat, tapi bagi penghuni panti itu tidak membutakan mata hati mereka untuk memperbanyak ibadah di bulan suci. Tetap semangat beribadah dengan segala keterbatasan yang dimiliki.(Banjarmasin Post/Anita K Wardhani)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.