Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palembang, Berbenahlah sejak Sekarang

Kompas.com - 22/12/2010, 10:32 WIB

Oleh Jannes Eudes Wawa

Rouen, sebuah kota di Perancis utara, pada tahun 1990-an dilanda kemacetan lalu lintas. Mobilitas masyarakat semakin terganggu. Warga setempat pun mulai panik, gelisah, dan jengkel. Hampir tiap hari mereka meminta pemerintah setempat untuk segera melakukan langkah-langkah nyata guna mengurai kemacetan yang kian menyebalkan.

Pemerintah kota setempat pun tidak tinggal diam. Sejumlah rencana dilakukan, antara lain melakukan pelebaran badan jalan, peningkatan pengendalian lalu lintas secara ketat, dan pembatasan usia kendaraan. Akan tetapi, semua program yang dikerjakan sama sekali tidak mampu menyelesaikan masalah kemacetan.

Sebaliknya, hari demi hari, pertumbuhan kendaraan bermotor di kota itu terus meningkat. Hampir setiap rumah memiliki kendaraan pribadi sebab dinilai paling aman dan nyaman digunakan untuk bepergian. Kondisi tersebut memicu kemacetan yang semakin parah. Masyarakat pun makin tidak puas dengan kinerja pemerintahannya yang dinilai gagal.

Di tengah kegelisahan masyarakat setempat, pada pertengahan tahun 1997, kota kecil tersebut menggelar pemilihan kepala daerah. Ada dua orang tampil menjadi calon, yakni pejabat lama wali kota dan satunya lagi politisi setempat.

Dalam kampanyenya, sang calon yang baru menawarkan program pembenahan transportasi massal. Kepada pemilih setempat, dia berjanji, jika terpilih menjadi wali kota Rouen, paling lama tiga tahun, dirinya sudah membangun jaringan kereta api sekitar 15 kilometer yang aman dan nyaman.

Sehari setelah janji itu terucapkan, sebuah lembaga swasta melakukan survei kepada pemilih untuk mengukur respons masyarakat. Sebagian besar responden menyambut gembira gagasan itu dan mereka menyatakan akan memilih calon tersebut dalam pemilihan umum.

Melihat itu, calon lain yang juga pejabat lama langsung panik. Dalam kampanye hari-hari selanjutnya, dia pun berjanji membangunkan jaringan kereta api sebagai satu-satunya pilihan untuk mengurai kemacetan di kota itu. Bahkan, dia meyakinkan akan mampu menuntaskan pembangunan tersebut paling lama 1,5 tahun.

Mengingat tawaran untuk mengatasi kemacetan dalam waktu yang lebih pendek, pemilih pun akhirnya menjatuhkan pilihan kepada pejabat lama. Ia kemudian keluar sebagai pemenang dan menaati janjinya membangun jaringan kereta api.

"Kini, kemacetan di Kota Rouen sudah terurai. Warga setempat pun hidup lebih aman, tenang, dan nyaman. Mereka bisa bepergian ke mana saja dengan menggunakan kereta api. Kota ini pun jadi lebih sehat sebab kereta api termasuk angkutan yang bebas polusi," kata Taufik Hidayat, peneliti perkeretaapian pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang beberapa waktu lalu pernah berkunjung ke Rouen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com