Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Bahaya Sekunder Merapi

Kompas.com - 02/12/2010, 22:09 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Bahaya sekunder pascaerupsi Gunung Merapi, yaitu banjir lahar dingin, harus terus diwaspadai.  Hal ini terutama bagi warga di dekat bantaran sungai yang berhulu di gunung itu.

"Oleh karena itu, di sungai tersebut dipasang alat peringatan dini banjir lahar dingin yang mampu mendeteksi jika terjadi banjir," kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, di Yogyakarta, Kamis (2/12/2010).

Dalam sarasehan dengan tema "Sinergi Media dan Masyarakat Pulihkan Daerah Bencana Letusan Gunung Merapi di Yogyakarta", ia mengatakan bahwa sungai di Yogyakarta yang berhulu di Gunung Merapi adalah Boyong, Gendol, dan Kuning.

Alat tersebut, menurut dia, mampu mengirimkan pesan singkat ke telepon seluler (SMS) yang memberitahukan bahwa terjadi banjir.

"Namun, pesan singkat tersebut hanya dikirim kepada pemangku kepentingan bencana Merapi, di antaranya bupati dan wali kota," kata Surono.

Bahaya sekunder tersebut tidak kalah dahsyatnya dengan erupsi Merapi karena saat ini ada sekitar 150 juta meter kubik material vulkanik yang memenuhi sungai-sungai yang berhulu di gunung itu.

Jika terjadi hujan dalam waktu lama di puncak Merapi, endapan material vulkanik di sungai lereng gunung ini bisa terbawa aliran air meluncur dan masuk ke sungai di bawahnya, di antaranya Sungai Code.

"Oleh karena itu, warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai-sungai tersebut harus selalu waspada," kata Surono.

Ketua Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) RA Anggraeni Notosrijoedono mengatakan, penanganan terhadap setiap bencana yang terjadi di setiap provinsi di Indonesia tidak sama, tergantung di mana bencana terjadi.

Selain itu, menurut dia, penanganan juga tergantung pada budaya, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut di wilayah bencana. Adapun penanganan bencana di daerah rawan bencana dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu sebelum terjadi bencana perlu ada simulasi, brosur, dan penerangan tentang bencana secara rutin di daerah rawan bencana.

Saat terjadi bencana, kata dia, perlu diusahakan agar warga tidak panik. "Untuk itu perlu penyuluhan tentang bencana kepada mereka, dan setelah terjadi bencana juga perlu dibuat wilayah binaan," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com