Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solo Menuju Ibu Kota Batik?

Kompas.com - 11/08/2010, 18:13 WIB

"Kota-kota lain boleh menyatakan sebagai kota batik, tetapi ibukota batik adalah Solo," kata Wali Kota Solo Joko Widodo saat memberi sambutan dalam peresmian Lumbung Batik, pusat belanja batik terbaru di Kota Solo, Minggu (8/8). Lumbung Batik yang menempati gedung milik Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) Surakarta, berlokasi di Jalan Agus Salim, Purwosari, tidak jauh dari Kampoeng Batik Laweyan.

Memosisikan diri sebagai ibu kota batik akan membuat Solo berbeda dari kota batik lainnya. Menurut Joko Widodo yang akrab dipanggil Jokowi, hal itu harus terbaca terus di media massa. Langkah itu juga diharapkan dapat menaikkan reputasi kota, sebagaimana langkah Solo menyediakan diri menjadi tuan rumah berbagai perhelatan tingkat nasional dan internasional.

"Kalau kota ini dikenal secara nasional dan internasional, orang akan berdatangan ke Solo. Mereka pasti akan datang juga ke Kampoeng Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Pasar Klewer, dan lainnya," kata Jokowi.

Ia menyebutkan, jika lima tahun lalu di Laweyan hanya ada 12 ruang pamer batik, sekarang telah tumbuh lebih dari 60 tempat. Hal serupa terjadi juga di Kampung Batik Kauman.

"Sekarang ada Lumbung Batik. Ini pergerakan positif. Jangan menunggu pemerintah. Ada peluang, ambil segera. Kalau gerai internasional, saya tidak senang. Saya suka outlet lokal tetapi content-nya internasional," tambah Jokowi.

Ketua Forum Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Febela, Selasa (10/8), mengatakan, pernyataan bahwa Solo ibu kota batik tidak berlebihan ditilik dari sejarah, fakta, dan potensi yang ada di Solo. Motif-motif batik Solo memiliki filosofi yang mendalam dan jumlah industri yang adapun cukup banyak. Kedatangan orang-orang dari Aceh hingga Papua ke Kampoeng Batik Laweyan untuk mendalami ilmu perbatikan pun naik.

Untuk mempertegas posisi Solo sebagai ibu kota batik, harus dilakukan peningkatan kualitas pada batik yang dihasilkan, seperti bahan, pewarnaan, dan kualitas jahitan jika batik dijadikan busana. Alpha memandang positif munculnya tempat seperti Lumbung Batik yang dikelola Pamong Pengusaha Batik Surakarta (PPBS). PPBS dan GKBI ada sejak puluhan tahun lalu dan mengalami pasang-surut kejayaan batik.

Lumbung Batik berkonsep bazar dan terdiri atas 43 gerai. Salah satu gerai, Batik Kayu Wangi, termasuk pemain baru di bidang ini. Indriyati dari Batik Kayu Wangi mengatakan, pihaknya ingin memanfaatkan peluang karena gerai di kampung batik tradisional, seperti Laweyan dan Kauman, biasanya dimiliki keturunan saudagar batik masa lalu. Sedangkan di Pasar Klewer atau Pusat Grosir Solo hanya bisa dijangkau pedagang bermodal besar karena sewa kiosnya sangat mahal. (Sri Rejeki)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com