Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Andalkan Timun Hijau

Kompas.com - 24/07/2010, 17:13 WIB

BLORA, KOMPAS.com - Petani Desa Kamolan Kabupaten Blora, Jateng, menanam buah timun hijau memasuki pergantian musim dari penghujan ke kemarau.      Wiharti (38) petugas penyuluh lapangan (PPL) Dinas Pertanian dan Perkebunan Desa Kamolan, Sabtu, mengatakan timun hijau adalah jenis tanaman yang hidup di tanah agak tandus. "Para petani tersebut menanamnya secara turun temurun, sedangkan benihnya berasal dari biji  timun tua yang dikeringkan. Biasanya itu dari musim tanam sebelumnya, mereka menyimpannya untuk di tanam pada musim tanam berikutnya," katanya.       Ia mengatakan, hampir semua petani desa tersebut saat ini  menanam timun hijau sebagai pembanding dan penyeimbang tanaman utama seperti jagung. "Timun hijau bisa tumbuh berdampingan di antara tumbuhan lainnya, kalau sekarang rata-rata di sela-sela tanaman jagung atau sengaja dibuatkan petak khusus," kata Wiharti didampingi rekannya Dwi Setyaningsih.      Ia menjelaskan, saat ini sudah ada beberapa petani yang mulai memanen timun hijau dan mereka menjajakan hasil panennya di tepi jalan atau ke Pasar Induk Blora.      Timun hijau ditanam di sawah, pohonnya menjalar di tanah dan berbuah setelah usianya kurang lebih dua bulan. Timun hijau tidak memerlukan banyak air, perawatannya pun tidak sulit, dengan pemupukan yang cukup,  setelah berbuah bisa dipetik dan langsung bisa dimakan.      Usia tumbuhnya hanya mencapai semusim saja. Jika curah hujan tinggi akan berpengaruh pada kualitas buah.      Lasmi (50), salah satu petani timun hijau Desa Kamolan, mengatakan, beberapa petani setempat sudah mulai memetik hasil tanamnya kemudian dijajakan di pinggir jalan untuk menambah penghasilan. "Ini masih belum semuanya berbuah, jadi kami pilih yang buahnya layak dijual," katanya.      Ia mengatakan, harga satu karung tanggung buah timun hijau ini mencapai Rp 30 ribu dan jika dijual eceran Rp 4 ribu per 10 biji. "Pada awal-awal memang harganya masih mahal, karena yang panen belum banyak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com