Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendalikan Konversi Lahan

Kompas.com - 28/10/2009, 11:03 WIB

SEMARANG, KOMPAS - Minimnya hasil pertanian karena kepemilikan lahan yang terlampau sedikit menjadi salah satu pendorong petani menjual sawahnya untuk dikonversi menjadi perumahan. Jika hal ini terus berlangsung, akan mengakibatkan rawan pangan karena lahan pertanian semakin sempit sedangkan kebutuhan pangan naik.

"Petani di Kabupaten Semarang, misalnya, rata-rata hanya memiliki lahan sekitar 2.500 meter persegi. Padahal, untuk bisa hidup layak setidaknya membutuhkan 2 hektar sawah," kata Kepala Bidang Pertanian, Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang Fadjar Eko, di Ungaran, Selasa (27/10).

Menurut dia, luas lahan pertanian padi di Kabupaten Semarang berkisar 23.000-24.000 hektar dengan produksi per tahun mencapai 107.000 ton beras. Produksi ini masih melebihi kebutuhan konsumsi sekitar 97.000 ton. Namun, surplus beras itu bisa terpangkas jika laju konversi lahan yang dalam setahun mencapai 30-40 hektar terus berlanjut tidak terkendali. Apalagi, diperkirakan sekitar 300 hektar lahan sawah di Kabupaten Semarang terkena proyek pembangunanjalan tol Semarang-Solo.

Konversi lahan yang paling parah, katanya, berada di Ungaran, Ambarawa, serta Bandungan. Sebagian besar untuk pembangunan perumahan atau jalan serta pusat perdagangan. Fadjar Eko mengaku setidaknya untuk mempertahankan ketersediaan pangan, sekitar 19.000 hektar lahan yang mampu tanam 2-3 kali harus dilindungi dari konversi lahan.

"Persoalannya, terkadang kalau sudah masuk dalam tata ruang untuk perdagangan dan permukiman, kami tidak bisa apa-apa lagi. Daerah Ungaran, misalnya, menjadi incaran pengembang perumahan karena lokasi yang strategis dekat dengan Kota Semarang dan udaranya sejuk," katanya.

Konversi lahan juga marak terjadi di Kabupaten Banyumas. Setiap tahun lahan sawah di Banyumas berkurang 100-150 hektar. Dalam periode 2002-2007, lahan sawah di Banyumas berkurang 725 hektar, yaitu dari semula 32.951 hektar menjadi 32.226 hektar.

Maraknya konversi lahan tersebut antara lain terlihat di kanan-kiri jalan raya Purwokerto-Baturraden. Tingginya permintaan tanah untuk perumahan mendorong petani menjual sawahnya.

Kepala Subbidang Pengembangan Wilayah Bidang Permukiman Prasarana Wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Banyumas Dedy Noerhasan mengatakan, tekanan ekonomi yang cukup besar menjadi kendala utama untuk mengendalikan konversi lahan pertanian. "Konversi lahan jelas mengancam ketahanan pangan," katanya. (gal/mdn)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com