Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

150 Ribu Paspor untuk TKI Ilegal di Malaysia

Kompas.com - 24/10/2008, 17:11 WIB

JAKARTA, JUMAT - Pemerintah Indonesia menyiapkan 150 ribu paspor bagi para Tenaga Kerja Indonesia ilegal di Sabah, Malaysia. Menurut keterangan dari Jurubicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah di Jakarta, Jumat (24/10), 150 ribu paspor itu diberikan kepada para TKI yang didaftarkan oleh para majikan mereka.
    
Upaya tersebut dilakukan oleh pemerintah RI melalui perwakilannya di Malaysia dengan tujuan agar status para WNI tersebut menjadi legal dan sah. "Sebagai tahap awal 150 ribu paspor telah disiapkan, tetapi telah diantisipasi jika dibutuhkan lebih maka telah dipersiapkan," katanya.
    
Faiza menjelaskan bahwa para TKI ilegal yang akan diputihkan statusnya menjadi legal adalah para TKI yang didaftarkan oleh majikannya, sedangkan para TKI yang tidak didaftarkan oleh sang majikan akan tetap dipulangkan sesuai dengan tenggat waktu yaitu Januari 2009.
    
Kebijakan itu diambil karena ternyata para majikan di Malaysia masih membutuhkan tenaga dari para pekerjanya.    

Sementara itu, pekan lalu Dubes RI untuk Malaysia, Dai Bachtiar mengakui, jika terlalu banyak tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal, khususnya di bidang konstruksi, di Malaysia setelah melihat sendiri dan menemui para TKI di bedeng-bedeng (kongsi) yang sedang menggarap proyek konstruksi.
    
"Saya dengar ada sekitar 20.000 TKI di Puchong dan sekitar 15.000 di antaranya merupakan TKI ilegal. Hanya 5.000 yang legal. Begitu juga di Setia Alam. Saya melihat dan mendengar begitu banyak TKI ilegal dalam proyek pembangunan di sana," kata Dai.
    
Ia pun kemudian menjelaskan kasus serupa di Sabah, "Di Sabah, ada sekitar 200.000 TKI dan sekitar 100.000 TKI yang bekerja di sana tidak punya izin kerja. Tetapi majikannya jelas ada karena mereka bekerja di perkebunan. Jika majikannya jelas dan ada maka kami bisa bantu dengan menyadarkan majikan untuk mengurus izin kerjanya dan melakukan pemutihan dengan bantuan imigrasi Malaysia," katanya.
    
Tetapi di sektor konstruksi, banyak TKI ilegal yang bekerja tidak mempunyai majikan yang jelas sehingga sulit untuk memberikan bantuan bagaimana melegalkan mereka jika majikannya tidak jelas.
    
Sistem rekrutmen TKI di sektor konstruksi biasanya dilakukan dengan cara tidak langsung dan pihak pengembang menyerahkan sepenuhnya pada mandor, orang Indonesia, untuk merekrut tenaga kerja konstruksi sesuai kebutuhan tanpa harus menguruskan izin kerjanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Hakim: Hinaan Rocky Gerung Bukan ke Pribadi Jokowi, tetapi kepada Kebijakan

Nasional
Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Belum Putuskan Maju Pilkada di Mana, Kaesang: Lihat Dinamika Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com