Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secercah Cahaya di Tanjakan Gentong

Kompas.com - 25/09/2008, 06:54 WIB

Asap mengepul dari knalpot truk trailer yang berjalan terseok-seok. Warnanya hitam pekat. Sorot lampu kendaraan di belakangnya pun kesulitan menembus.

Dingin malam tiupan angin tak mau menyingkir. Namun, empat orang seolah tak terusik dengan kondisi itu. Entis Sutisna (22), salah satu dari empat orang itu, berulang kali menyeberang jalan di sela-sela kendaraan yang susah payah menyelesaikan tanjakan Gentong di Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Berbalut kaus lengan panjang dan senter di tangan, Entis memandu kendaraan-kendaraan berbadan panjang yang hendak berbelok di tikungan tajam di tanjakan Gentong. ”Kalau tidak ada aba-aba, truk atau trailer tidak berani naik. Sopir takut terperosok,” kata Entis.

Tanjakan Gentong, sebutan warga setempat untuk jalan menanjak sepanjang 500 meter dengan beberapa tikungan tajam. Tanjakan ini memaksa kendaraan berbadan panjang berjalan pelan dan mengambil lajur lawan saat berbelok. Jika tetap mengambil lajur kiri, truk dipastikan kehabisan ruang berbelok dan bahkan bisa mogok. Puluhan kali kecelakaan terjadi. Ada yang terguling, terperosok ke tebing. Ada pula yang mundur dan menabrak kendaraan di belakangnya. Pengendara yang sudah ”ditolong” biasanya memberi uang receh kepada para penjaga belokan itu.

”Ada yang memberi Rp 100, ada juga Rp 500. Trailer atau truk panjang biasanya memberi Rp 1.000,” kata Aris.

Hari sepi, Aris dan teman-temannya bisa mengantongi Rp 30.000 per orang. Namun, saat ramai seperti musim mudik, mereka bisa memperoleh Rp 70.000-Rp 100.000 per hari.

Entis dan kawan-kawan sudah mengantongi izin dari Polsek Kadipaten sebagai Kamra Lantas. Namun, tidak jarang juga mereka dapat umpatan dari para pengemudi karena dikira preman. Tapi, hinaan itu tak terlalu mereka pedulikan.

Di tengah kegelapan tanjakan Gentong, Entis dan kawan-kawan tetap memberi secercah cahaya penolong, terlebih saat ramai mudik seperti sekarang ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com