Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituding Partisan, Rektor Unika Soegijapranata: Mohon Maaf Kami Penjaga Etika, Prinsip Demokrasi, dan Konstitusi

Kompas.com - 07/02/2024, 08:52 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Rektor Universitas Katolik Seogijapranata (Unika) Semarang, Ferdinandus Hindarto menolak disebut partisan atas pernyataan sikap yang mengkritik Presiden Jokowi.

Belakangan ini, puluhan perguruan tinggi di Indonesia menyampaikan kritik serupa pada sikap Jokowi, termasuk Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik Indonesia (APTIK).

Hal tersebut ditegaskan Ferdinandus dalam jumpa pers yang digelar di Gedung Mikael, Kampus Unika Semarang, Selasa (6/2/2024).

Baca juga: Heboh soal Rektor Unika Soegijapranata Diminta Buat Video Apresiasi Jokowi dan Pengakuan Polisi

"Dalam pertanyaan APTIK, kami sama sekali tidak partisan, kami tidak mendukung, kami tidak mencela salah satu pasangan. Lingkungan kampus akademisi itu tidak punya intensi apa-apa ya. Mau intensi apa coba? Jadi kalau ada yang mengatakan 'wah itu partisan' mohon maaf sama sekali (tidak)," tuturnya.

Menurutnya, sikap Unika yang memilih untuk mengkritik Jokowi dan jajarannya itu murni untuk menegakkan etika dan prinsip demokrasi yang dinilai semakin memburuk belakangan ini.

Dia menilai, ini sudah menjadi tugas sivitas perguruan tinggi untuk selalu menjadi penjaga etika dan prinsip demokrasi hingga konstitusi.

"Itu saja menurut saya levelnya sudah tanda petik teman-teman di banyak kampus sudah melihat ini 'sudah melewati batas' kalau untuk ukuran yang paling tinggi," tegasnya.

Kritik terhadap Jokowi ini justru disebut sebagai bentuk cinta pada negara. Sehingga sikap Unika juga dapat menjadi penyadaran pada Jokowi untuk kembali pada prinsip demokrasi yang selazimnya.

"Jadi banyak hal yang menurut saya kami nilai tidak pas atau belum sesuai dengan prinsip demokrasi dan konstitusi, yang itu kami harus sampaikan, sebagai wujud cinta kami, jangan terserah mau jadi apa, kan enggak boleh," terangnya.

Baca juga: Cerita Rektor Unika Soegijapranata, Dihubungi Oknum yang Mengaku Polisi, Diminta Buat Video Apresiasi Jokowi

Mulai dari pelanggaran batas usia cawapres yang diputuskan Mahkamah Konstitusi, penyataan presiden yang menyebut boleh berpihak, penggelontoran bansos secara masif, hingga munculnya peringatan bagi Ketua KPU dari DKKP.

"Bagi kami etika itu di atas segalanya, etika itu di atas hukum, hukum itu dibuat atas dasar etika, kira-kira itu. Dan kita melihat pernyataan beliau di November kan meminta semua ASN TNI Polri harus bersikap netral," jelasnya.

"Mungkin kemarin semua sekolah tinggi filsafat itu yang menurut saya institusi akademik yang banyak belajar, apa itu demokrasi kebenaran dan konstitusi, dan kemarin kan seluruh sekolah tinggi filsafat di Indonesia yang jadi incaran," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com