KOMPAS.com - Setiap hari selama setahun, Siti Mardyan (54) mengunjungi makam anak perempuan satu-satunya, Mitha Maulidia (26) yang meninggal saat tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Perempuan yang akrab dipanggil Kholifah tersebut tinggal di Jalan Ternate, Kota Malang, Jawa Timur. Sementara makam sang anak hanya berjarak 300 meter dari tempat tinggalnya, tepatnya di TPU Kasin, Kota Malang.
Kholifah bercerita ia ke makam Mitha setiap pagi setelah shalat dhuha dan sore selepas shalat ashar. Bahkan ia ia terbayang-bayang sosok Mitha, ia akan berlari ke makam sang anak.
"Tetapi saya bersyukur makamnya dekat, setiap hari pagi sore bisa ke makam. Kadang sampai tiga kali kalau pas, kadang saya lari ke makam. Kalau tiba-tiba ingat, saya lari, nangis, lari dari rumah," kata Kholifah saat ditemui pada Kamis (28/9/2023).
Baca juga: Kerinduan Kholifah pada Anaknya yang Jadi Korban Tragedi Kanjuruhan
Ia mengaku merasa tenang saat mendatangi makam Mitha karena kerindungannya terasa terobati. Saat Mitha masih hidup, Kholifah mengaku sangat dekat anaknya yang menjadi teman curhatnya.
"Gimana ya, anak perempuan sama laki itu enggak sama, kalau ada masalah apa kita curhat sama anak perempuan, karena anak perempuan lebih tahu, di samping anak juga seperti teman," katanya.
Setahun jelang kepergian anaknya, Kholifah masih berkunjung ke makam putrinya. Air matanya tak terbendung saat menyiram nisan anaknya dengan air yang dibawa dari rumah pada Rabu (27/9/20230.
"Ibuk kangen nduk, mugo-mugo keadilan iso dibuktekno gae samean (ibu kangen Mitha, semoga keadilan bisa dibuktikan untuk kamu)," ujar Kholifah saat menyiram batu nisan anaknya.
Disinggung jelang satu tahun Tragedi Kanjuruhan, Kholifah sudah pasrah.
Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan, Kaki Sempat Retak, Aan Kini Kesulitan Lamar Pekerjaan
Namun, ia berharap pemerintah konsisten dalam menangani persoalan hukum Tragedi Kanjuruhan.
"Saya tidak berharap banyak soal keadilan, berharap sama pemerintah bisa bijak, kalau keadilan saya enggak begitu banyak berharap, enggak mungkin adil, enggak mungkin ada keadilan, kalau menurut saya pribadi," tegasnya.
"Saya cuma berharap sama pemerintah, untuk kebijakan sampai sekarang pemerintah katanya mau menangani kasus ini dengan serius. Mau ngomong-ngomong aja, terus yang kemarin mau diadili, itu pun saya enggak percaya katanya mau diusut lagi," tambahnya.
Ia bercerita, sejak kepergian Mitha, kehidupannya berubah. Bahkan ia mengaku sudah jarang masak dan nafsu makannya berkurang.
"Sekarang sudah enggak ada lagi masak-masak, makan pun seadanya, enggak kayak dulu kita bikin bakso sendiri, pangsit sendiri, semua bikin enggak pernah beli, sekarang enggak," katanya.
Baca juga: Gate 13, Tempat Sakral Saksi Bisu Tragedi Kanjuruhan
Saat kejadian, Mitha Maulidia menonton pertandingan sepakbola dengan tiga perempuan lainnya yakni saudara dan temannya di Tribun 13.
Mitha dan temannya dinyatakan meninggal dunia, sementara dua keponakannya selamat. Mitha ditemukan meninggal di Stadion Kanjuruhan dengan kain menutupi wajahnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nugraha Perdana | Editor: Andi Hartik), Surya Malang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.