Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agum Gumelar Harap Polarisasi Pemilu 2024 Tak seperti 2019

Kompas.com - 21/10/2022, 10:33 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI (IKAL) Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar berharap polarisasi pada Pemilu 2024 mendatang tidak seperti pada Pemilu 2019.

Agum menjelaskan selama Pemilu presiden diikuti lebih dari satu pasangan maka polarisasi tetap akan terjadi.

"Saya rasa selama pilihan lebih dari satu pasti ada polarisasi. Tapi kita harapkan polarisasi 2024 tidak seperti pada tahun 2019 sampai terjadi bentrokan," katanya ditemui di Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (20/10/2022).

Baca juga: Siap Disanksi DPP PDI-P Usai Dukung Ganjar Maju Capres, FX Rudy: sebagai Poitisi Harus Siap 3B

Dia berharap polarisasi yang terjadi akibat Pilpres 2024 mendatang adalah polarisasi yang dewasa. Dalam artian sifatnya sementara yakni hanya pada saat pemilihan presiden saja.

"Mudah-mudahan polarisasi yang dewasa dalam arti kebebasan memilih dan beda memilih sini sifatnya sementara," kata dia.

Ia menambahkan menjelang Pilpres 2024 yang terpenting adalah memberikan edukasi kepada masyarakat.

"Rakyat pemilih ini punya kewajiban moral, untuk bisa mendewasakan berikan edukasi," kata dia.

Saat ini pihaknya sedang merumuskannya untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada  masyarakat agar lebih dewasa pemilu. Rencananya juga akan bekerja sama dengan sejumlah pihak, salah satunya media. 

"Berdemokrasi salah satu bentuknya beda pilihan wajar tapi dewasa lagi mereka tidak seperti dulu," kata dia.

Dia mengungkapkan bahwa pada pemilu sebelumnya banyak ditemukan politik uang atau money politic, hingga kampanye hitam. Agum mencontohkan seperti pembagian sembako hingga penyebaran pamflet ditemukan saat pilpres 2019 lalu.

"Dulu kan money can buy, pembagian sembako berpengaruh. 2024 lebih dewasa, lebih mengerti kader yang jadi harapan masyarakat bangsa. Tidak lagi dasar tadi money politic dan ini menyangkut masalah kampanye hitam," kata dia.

Selain itu kampanye hitam juga ditemui saat pemilihan gubernur di daerah lain. Kampanye hitam dilakukan dengan cara menyebarkan pamflet yang menghasut para pemilih. Hal ini dapat memperburuk polarisasi di masyarakat.

Baca juga: Ganjar: Capres Apa? Aku Ini PDI Perjuangan

"Contoh satu daerah pilihan gubernur membagikan selebaran seminggu sebelum coblosan keluar isinya 'hati-hati kalau si x jadi gubernur akan terjadi Kristenisasi'. Itu kan sangat tidak mendidik, sangat membuat masyarakat terpolarisasi. Ini yang harusnya kita cegah pada 2024," kata dia.

Sebelumnya, Ketua DPD Ikal-Lemhannas Agus Sartono mengatakan bahwa saat ini Bangsa Indonesia menghadapi lingkungan yang sering dianomimkan dengan volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA).

"Kita hidup di era yang sangat volatile-dinamis-fragile. Kurangnya kehati-hatian dalam mengelola satu masalah ibarat memegang gelas yang bisa jadi jatuh dan pecah tercerai berai," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Regional
Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Kapal Logistik dari Malaysia Karam di Perairan Kepulauan Meranti

Regional
SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

Regional
Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Tantang Mahyeldi pada Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Regional
Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Regional
Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Regional
Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Regional
Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Regional
Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com