Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kerajaan Malaka: Letak, Pendiri, Puncak Kejayaan, dan Penyebab Runtuh

Kompas.com - 08/02/2022, 11:16 WIB
Dini Daniswari

Penulis

KOMPAS.com - Kerajaan Malaka terletak di dekat Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.

Kerajaan Malaka berdiri pada abad ke-15 sampai runtuh pada abad ke-16

Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara, seorang pangeran Hindu keturunan Palembang.

Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara.

Kerajaan ini cepat berkembang bahkan mengambil alih pelayaran dan perdagangan dari Kerajaan Samudera Pasai.

Kerajaan Malaka menguasai jalur pelayaran Selat Malaka sebelum ditaklukkan Portugis pada 1511.

Baca juga: Kerajaan Malaka: Letak, Pendiri, Kehidupan, dan Puncak Kejayaan

Sejarah Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara pada (1390-1413).

Saat itu, ia berhasil meloloskan diri dari serangan Majapahit pada 1377 dan Berling di Tumasik, nama tua Singapura saat berada di bawah kekuasaan Siam.

Pada sekitar 1400, Malaka masih merupakan kampung kecil yang penduduknya terdiri dari bajak laut dan penangkap ikan.

Kondisi itu memberikan rasa aman Parameswara dari ancaman Siam.

Kapal aparat gabungan melakukan penyisiran di kawasan Selat Malaka di wilayah Kota Dumai, Riau, dalam rangka mencegah tindak pidana penyelundupan barang ilegal, Rabu (9/6/2021).Dok. Polda Riau Kapal aparat gabungan melakukan penyisiran di kawasan Selat Malaka di wilayah Kota Dumai, Riau, dalam rangka mencegah tindak pidana penyelundupan barang ilegal, Rabu (9/6/2021).

Di Malaka, Parameswara menemukan pelabuhan yang baik yang disinggahi kapal-kapal di segala musim yang terletak di Selat Malaka.

Berkat bantuan para pelaut dan orang Melayu yang datang dari Palembang, Parameswara dengan cepat membangun pemukiman yang besar di Malaka.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Malaka

Yang pada akhirnya, ia berhasil membangun Malaka menjadi pelabuhan internasional, yang membentang dari Cina dan Maluku di timur sampai Afrika Timur dan Laut Tengah di Barat.

Sebagai salah satu kesultanan Melayu yang pernah mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15, Malaka merupakan bandar niaga terbesar di Asia Tenggara.

Salah satu faktor terpenting di samping adanya perlindungan Cina adalah tempatnya aman dari gangguan angin musim.

Untuk meningkatkan aktifitas perdangan, Parameswara menganut agama Islam pada usia 71 tahun, dengan gelar Sultan Iskandar Syah. Kemudian, Islam menjadi agama resmi di Malaka.

Setelah Parameswara meninggal maka digantikan Sultan Muhammad Iskandar Syah (1424-1444) yang merupakan putera Sultan Iskandar Syah.

ILUSTRASI - Kapal yang terbakar di Perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (15/2/2019). Dok. Basarnas PekanbaruKOMPAS.com/IDON TANJUNG ILUSTRASI - Kapal yang terbakar di Perairan Selat Malaka Kabupaten Bengkalis, Riau, Jumat (15/2/2019). Dok. Basarnas Pekanbaru

Pada masa Sultan Muzaffar Syah (1450-1458), penguasa Malaka ini memerintahkan penyusunan hukum-hukum Malaka, selama pemerintahannya.

Sedangkan, Sultan Mahmud Syah (1488-1511) adalah penguasa terakhir Kesultanan Malaka.

Baca juga: Sejarah Selat Malaka, Letak, dan Jalur Perdagangan Sejak Kerajaan Samudera Pasai

Kejayaan Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, antara 1459 - 1477 M. Malaka tidak hanya berfungsi sebagai perdagangan melainkan penyebaran agama Islam melalui jalur perdagangan.

Pada masa pemerintahannya, Malaka berhasil menguasai Pahang, Kedah, Trengganu, dan sejumlah daerah di Sumatera.

Selat Malaka menjadi gerbang keluar masuk para pedagang untuk melakukan kegiatan ekonomi.

Ilustrasi bangsa Portugis dari abad ke-16 yang dimuat dalam Códice Casanatense. Tulisan di pojok kiri ilustrasi berbunyi, Orang dari Kerajaan Malaka yang disebut bangsa 'Malayos' (Melayu).Biblioteca Casanatense Ilustrasi bangsa Portugis dari abad ke-16 yang dimuat dalam Códice Casanatense. Tulisan di pojok kiri ilustrasi berbunyi, Orang dari Kerajaan Malaka yang disebut bangsa 'Malayos' (Melayu).

Selat Malaka merupakan jalur pelayan dan perdagangan yang terpenting karena melalui Malaka, hasil bumi seperti rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India. Rempah-rempah yang diperdagangkan antara lain cengkeh, pala, dan lada.

Terutama Gujarat, mereka melakukan hubungan langsung dengan Malaka.

Baca juga: Pengaruh Selat Malaka bagi Sriwijaya, Jalur Perdagangan yang Jadi Rebutan

Sejak 1403 M, Malaka telah berhubungan langsung dengan berbagai bangsa. Makin lama, Malaka semakin maju dan besar, sehingga menjadi kota dagang yang terkenal.

Kerajaan Malaka Jatuh

Kejayaan Malaka menjadi incaran bangsa asing.

Pada 1511, terjadi serangan dari Portugis di bawah pimpinan Alfonso d'Alberquerque dan berhasil merebut Kerajaan Malaka.

Raja terakhir Kerajaan Malaka adalah Sultan Mahmud Syah. Pada periode ini, pemerintahan sangat lemah dan sultan tidak terlalu peduli dengan negaranya.

Dengan runtuhnya Malaka, muncul kerajaan Aceh yang kemudian mengambil alih perdagangan di Malaka. (Editor: Nibras Nada Nailufar)

Sumber: repositori.uin-alauddin.ac.id dan kompas.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Pegawai Bea Cukai Ketapang yang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Burung Dicopot

Regional
Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Kelola Air Tanpa Izin di Gili Trawangan, 2 Direktur Perusahaan Jadi Tersangka

Regional
Diprotes, Unsoed Keluarkan Aturan Baru soal UKT, Diklaim Terjangkau

Diprotes, Unsoed Keluarkan Aturan Baru soal UKT, Diklaim Terjangkau

Regional
Pilkada Bangka Selatan, PDIP Berpotensi Usung Kembali Petahana Riza-Debby

Pilkada Bangka Selatan, PDIP Berpotensi Usung Kembali Petahana Riza-Debby

Regional
Puluhan Sopir Angkut Barang di Pelabuhan Pangkalbalam Kehilangan Pekerjaan

Puluhan Sopir Angkut Barang di Pelabuhan Pangkalbalam Kehilangan Pekerjaan

Regional
KKB Kabur Saat Pasukan TNI dan Polri Tiba di Homeyo Intan Jaya

KKB Kabur Saat Pasukan TNI dan Polri Tiba di Homeyo Intan Jaya

Regional
KPU Wonogiri Tetapkan 50 Caleg DPRD Terpilih, 6 Mengundurkan Diri

KPU Wonogiri Tetapkan 50 Caleg DPRD Terpilih, 6 Mengundurkan Diri

Regional
Banjir dan Tanah Longsor Terjadi di 5 Kabupaten di Sulsel, Pj Bahtiar: Turut Berduka Cita

Banjir dan Tanah Longsor Terjadi di 5 Kabupaten di Sulsel, Pj Bahtiar: Turut Berduka Cita

Regional
Kebakaran Gudang BBM, Polda Lampung Tunggu Pemeriksaan Puslabfor

Kebakaran Gudang BBM, Polda Lampung Tunggu Pemeriksaan Puslabfor

Regional
Kecelakaan Maut di Tol Batang-Semarang, Ambulans Ringsek Usai Tabrak Truk

Kecelakaan Maut di Tol Batang-Semarang, Ambulans Ringsek Usai Tabrak Truk

Regional
Caleg Terpilih Pemilu di Temanggung Meninggal, Posisinya Diganti Caleg Peringkat 2

Caleg Terpilih Pemilu di Temanggung Meninggal, Posisinya Diganti Caleg Peringkat 2

Regional
1.085 Calon Jemaah Haji Asal Magelang Berangkat ke Tanah Suci, Kebanyakan Petani

1.085 Calon Jemaah Haji Asal Magelang Berangkat ke Tanah Suci, Kebanyakan Petani

Regional
Pria Ini Bakar Musala di Pekanbaru, Sakit Hati Dilarang Tidur dan Nongkrong

Pria Ini Bakar Musala di Pekanbaru, Sakit Hati Dilarang Tidur dan Nongkrong

Regional
Sebelum Ditemukan Gantung Diri, Napi Lapas Kedungpane Semarang Sempat Telepon Keluarga

Sebelum Ditemukan Gantung Diri, Napi Lapas Kedungpane Semarang Sempat Telepon Keluarga

Regional
Kronologi Kecelakaan Maut Ambulance Vs Truk di Tol Batang-Semarang yang Sebabkan 1 Penumpang Tewas

Kronologi Kecelakaan Maut Ambulance Vs Truk di Tol Batang-Semarang yang Sebabkan 1 Penumpang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com