Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Pembuat Garam Tewas

Kompas.com - 01/06/2013, 03:40 WIB

Jayapura, Kompas - Sebanyak empat warga Kampung Zanamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang sehari-hari membuat garam, tewas akibat longsor. Akibat kondisi medan yang sulit dan tak adanya jaringan komunikasi, peristiwa tersebut baru diketahui dua hari kemudian.

Menurut Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Papua Komisaris Besar I Gde S Jaya, Jumat (31/5), peristiwa tersebut terjadi pada Selasa lalu dan baru diketahui pada Kamis (30/5).

”Memang, karena kondisi medan yang sulit dan tidak adanya jaringan komunikasi menyebabkan informasi baru diterima Kamis,” ucap Gde.

Dari empat korban yang tewas, tiga di antaranya adalah B Lawiya (19), Amutawa Lawiya (25), dan Laris Lawiya (18). Adapun seorang korban lain, Tembi Kogoya (19), terseret arus sungai yang ada di bawah lereng saat longsor terjadi. Sementara tiga warga lain, yakni Rupinus Tabuni, Giganus Lawiya, dan Aki Tabuni, selamat.

Berdasarkan keterangan warga, material longsor menerjang permukiman sementara warga di lereng-lereng terjal yang dibuat tak jauh dari kolam air asin, tempat warga membuat garam. Longsor diduga terjadi setelah hujan turun terus-menerus selama beberapa hari di wilayah pegunungan tengah Papua itu.

Langganan banjir

Di Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim), akibat hujan deras yang mengguyur lebih dari lima jam, wilayah kota dan kabupaten tersebut dilanda banjir bandang kembali. Tidak ada korban jiwa, tetapi ratusan rumah dan puluhan hektar sawah terendam. Demikian juga akses transportasi terhambat. Tak pelak, kegiatan ekonomi warga pun terhambat.

Daerah yang dilanda banjir meliputi Desa Tempursari, Kecamatan Wungu, serta Desa Banjarsari dan Sendangrejo di Kecamatan Madiun. Banjir juga melanda wilayah Kota Madiun, terutama di Kelurahan Rejomulyo dan Kelun di Kecamatan Kartoharjo.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Madiun Achmad Nuryanto, banjir merendam lebih dari 240 rumah dan puluhan hektar sawah yang ditanami padi pada usia 30-40 hari.

”Dari laporan warga, banjir terjadi pada pukul 02.00 dini hari. Air yang masuk ke permukiman merupakan limpahan dari Sungai Piring, Sono, dan Jeroan. Ketiga anak Sungai Bengawan Madiun ini tidak mampu menampung banyaknya air kiriman dari lereng Gunung Wilis,” ujarnya.

Achmad menambahkan, banjir rutin terjadi di wilayah Madiun setelah hujan deras lebih dari lima jam. Contohnya banjir pada awal April lalu yang merendam enam desa. (JOS/NIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com