Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Mewah Jadi Pabrik Sabu

Kompas.com - 03/05/2013, 03:14 WIB

Tangerang Selatan, Kompas - Aparat Subdirektorat Psikotropika Polda Metro Jaya menggerebek pabrik sabu di rumah mewah Vila Melati Mas, Blok G1, Nomor 16, Jelumpang, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/5). Produksi pabrik itu diperkirakan senilai Rp 1 miliar per hari.

Pemilik pabrik berinisial Pg (40) ditangkap dalam penggerebekan itu.

”Ini luar biasa besar karena dalam sehari bisa memproduksi setidaknya 0,5 kilogram (kg) sabu atau senilai Rp 1 miliar. Ini harus dihukum berat,” kata Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal Sudjarno, di lokasi penggerebekan.

Menurut Sudjarno, Pg adalah pemilik pabrik sabu di kawasan Jelambar, Jakarta Barat, yang kabur saat penggerebekan, empat tahun lalu. Pabrik itu pun berada di perumahan elite sehingga saat digerebek banyak warga perumahan geger karena tidak menyangka.

Barang bukti yang disita dari tersangka, menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto yang turut hadir, adalah satu set peralatan labolatorium aktif, puluhan botol berisi cairan kimia untuk sabu, 6 stoples besar fosfor, 5 jeriken aseton, 3 liter alkohol, 1 karung bubuk soda, 5 bong, dan 2 pucuk senjata jenis air softgun, serta 1 kg sabu siap jual dan 10 kg sabu setengah jadi.

Peralatan laboratorium kimia dan zat-zat kimia tersebut, ujar Sudjarno, menjadi bukti bahwa rumah itu dijadikan pabrik memproduksi sabu.

Rumah yang dijadikan pabrik pembuatan sabu itu berupa rumah bertingkat dua. Produksi sabu dilakukan di ruang lantai satu. Di dapurnya terpasang peralatan pembuat sabu, berupa rangkaian sejumlah tabung kaca dan selang plastik atau kaca, mirip sebuah laboratorium kimia.

Rumah yang disulap menjadi pabrik sabu itu berdampingan dengan satu rumah yang ditempati tersangka dengan keluarganya. Dua rumah itu hanya berjarak sekitar 20 meter dari pos keamanan.

Berbagai bahan baku yang ada di ruangan itu, kata Sudjarno, dapat digunakan untuk memproduksi sabu kualitas bagus.

”Kami hitung di sini dari bahan baku yang ada bisa diproduksi 10 kilogram sabu. Satu hari, ia bisa memproduksi 0,5 kilogram sabu. Kalau dihitung nilainya Rp 20 miliar,” tuturnya.

Terdeteksi setahun lalu

Direktur Reserse Narkoba Komisaris Besar Nugroho Aji wijayanto mengatakan, tersangka Pg baru terdeteksi lagi keberadaannya setahun lalu. Dia diputuskan ditangkap saat ini setelah keberadaan labolatoriumnya dapat dipastikan dan sedang berproduksi. Pihaknya akan terus mengembangkan kasus ini untuk mengetahui jaringan tersangka.

Pg mengaku baru aktif membuat sabu lagi sekitar tiga bulan. Peralatan pembuat sabu itu dikatakannya milik seseorang bernama Herman, yang berutang dua ons logam mulia padanya.

”Ini barang Herman, saya ambil sebagai jaminan utangnya. Saya tidak tahu Herman ada di mana, ada yang bilang sudah ditangkap waktu pabrik di Jelambar digerebek. Saya sendiri juga mengonsumi sabu sejak 10 tahun lalu,” katanya.

Warga tak menyangka

Sunaryati (61), yang tinggal berselang satu rumah dengan pabrik, menilai Pg sebagai orang yang tidak pernah bersosialisasi. Namun, ia sama sekali tak melihat ada aktivitas mencurigakan.

”Saya kaget saat pagi-pagi banyak polisi berdatangan di tempat itu,” katanya.

Menurut Lurah Jelumpang, Dahlan, keluarga Pg memang belum menjadi warga setempat karena sejak pindah ke perumahan itu tidak melapor, apalagi menunjukkan surat pindah rumah.

”Pak RT di sini sudah menemuinya untuk mendata identitas keluarga dan menanyakan surat pindah, tetapi dia menolak didata. Jadi, kami belum tahu keluarga itu pindahan dari mana,” katanya.

Mario, warga lainnya, mengatakan, warga tahunya penghuni rumah itu memiliki usaha konfeksi karena di rumah tersangka terlihat tumpukan pakaian jadi. Namun, ia sempat merasa aneh ketika beberapa waktu lalu di rumah itu dipasang kamera pengawas (CCTV).

Amir, pemilik warung di seberang rumah Pg, juga tidak mengenal pelaku. Hanya anak pelaku yang sering membeli barang di warungnya. (RAY/RTS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com