Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setia Jadi PSK demi Mencegah Penularan HIV/AIDS

Kompas.com - 18/04/2013, 17:37 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com — Diana (nama samaran), seorang pekerja seks komersial (PSK) penghuni lokalisasi "Girun" di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengaku tetap menjadi PSK demi mencegah penularan virus HIV/AIDS ke rekannya sesama PSK dan konsumen.

Diana adalah salah satu dari 102 PSK yang menghuni lokalisasi "Girun", yang memiliki fasilitas 22 wisma. Dia mengaku telah menghuni lokalisasi "Girun" sejak 2001 lalu.

"Saya di sini sejak 2001 lalu. Sejak awal, saya dipercaya untuk menyosialisasikan penggunaan kondom kepada masing-masing WPS (wanita pekerja seks) dan para tamu yang datang," katanya, Kamis (18/4/2013).

Setiap hari, Diana harus selalu mengingatkan tiap WPS agar tak lupa menyediakan kondom saat melayani tamunya, sekaligus menganjurkan setiap tamu memakai alat pengaman itu.

"Awalnya sosialisasi bagaimana pakai kondom itu sangat sulit. Banyak tamu yang datang mayoritas menolak jika diminta pakai kondom. Katanya tidak enak jika pakai kondom," katanya.

Namun, walaupun banyak WPS dan para tamu menolak pakai kondom, Diana tak putus asa untuk terus mengajak mereka menggunakan kondom. "Yang menyemangati saya terus sosialisasi karena jika sudah terinfeksi HIV/AIDS, hancurlah masa depannya. Harapan untuk hidup sudah tidak ada lagi," katanya.

Setelah 5 tahun menyosialisasikan pakai kondom, perjuangan Diana tak sia-sia. "Alhamdulillah, sekarang hampir mayoritas WPS selalu pakai kondom. Para tamu juga mau jika diminta untuk pakai kondom," katanya.

Selain itu, Diana juga mengaku berhasil membiasakan para WPS di lokalisasi "Girun" untuk memeriksakan kesehatan setiap bulan ke puskesmas di Kecamatan Gondanglegi.

"Sekarang semua WPS tak usah dipaksa untuk datang ke puskesmas. Para WPS sudah punya kesadaran sendiri. Awalnya memang tak terlalu peduli kesehatannya. Harus dipaksa untuk mendatangi puskesmas," katanya.

Selain program harus periksa kesehatan ke puskesmas setiap hari Minggu, para WPS juga wajib melakukan senam pagi secara bersama-sama.

"Pokoknya setiap ada perkembangan baru soal HIV/AIDS, saya langsung menyosialisasikannya di masing-masing wisma yang ada," kata Diana.

Ditanya apakah Diana masih kerasan menghuni lokalisasi "Girun", ia mengaku sebenarnya tak ingin selamanya menjadi PSK atau WPS. "Tapi faktor ekonomi dan kebutuhan batin yang tak bisa tercukupi. Jika punya suami dan ekonomi cukup jelas, akan berhenti dari sini (lokalisasi)," katanya sembari meneteskan air mata.

Dia menilai tidak tepat langkah Pemerintah Kabupaten Malang yang mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menutup lokalisasi "Girun".

"Saya tidak setuju jika ini ditutup karena dampaknya akan lebih parah. WPS akan menjadi liar di jalan-jalan dan mengganggu suami orang," katanya.

Jika pemerintah akan menutup lokalisasi "Girun", maka kebutuhan ekonomi para WPS harus dipenuhi. Mereka diberikan pekerjaan lain, dan terakhir, dicarikan suami.

"Kalau begitu baru aman dan tak akan jadi WPS liar dan tak mengganggu suami orang," katanya.

Sementara itu, koordinator kelompok kerja (pokja) lokalisasi "Girun" yang enggan disebutkan namanya mengatakan, perjuangan Diana agar WPS dan para tamu memakai kondom sudah dilakukan sejak 10 tahun yang lalu.

"Sekarang sudah menyadari bahaya HIV/AIDS," katanya.

Setiap ada penghuni baru, kata Diana, kesehatannya akan diperiksa untuk mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS. "Jika ada penghuni yang diketahui terinfeksi HIV/AIDS, langsung dipulangkan sebelum menjalar. Kita betul-betul menjaga agar para penghuni dan para tamu tidak terinfeksi HIV/AIDS," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com