Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasihat Senior kepada Yunior

Kompas.com - 10/04/2013, 02:10 WIB

Di tengah sorotan kepada TNI Angkatan Darat terkait kasus pembunuhan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengikuti olahraga yang diadakan TNI AD di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (9/4). Ia didampingi Ny Ani Yudhoyono, Wapres Boediono, dan Ny Herawati Boediono. Kaus berkerah dengan lambang TNI AD di dada kiri dikenakan sebagai seragam bersama 2.100 anggota TNI AD yang dipimpin Kepala Staf TNI AD Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Pramono adalah adik Ny Ani Yudhoyono.

Ada pula Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo serta Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. Meskipun berasal dari kesatuan lain, keduanya kompak memakai kaus berkerah dengan lambang TNI AD. Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen Agus Sutomo yang bersedia bertanggung jawab atas perbuatan 11 penyerbu LP Cebongan juga ikut serta.

Setelah melakukan peregangan yang dipimpin instruktur senam, Yudhoyono bersama rombongan berjalan mengelilingi area Lapangan Monas. Meskipun bisa mendahului, ribuan anggota TNI AD berjalan pelan dan santai di belakang.

Dari Lapangan Monas, Yudhoyono melanjutkan perjalanan ke Markas Besar TNI AD yang berjarak tidak lebih dari 1 kilometer dari Lapangan Monas. Dengan keringat membasahi kaus, Yudhoyono memasuki gerbang disambut pasukan kehormatan dan bunyi genderang.

Dalam sejarah TNI AD, baru kali ini Presiden mendatangi markas mereka. Selama ini, jika ada urusan dengan TNI AD, Presiden berhubungan lewat Mabes TNI. Situasi saat ini rupanya sangat khusus. Hubungan Presiden dengan TNI AD pasti lebih erat.

Dalam ramah tamah, Yudhoyono mengingatkan pejabat TNI AD agar selalu dekat dengan prajurit. Dengan selalu bersama-sama prajurit, komandan dapat selalu mengetahui persoalan dan kesusahan prajurit. Alhasil, peristiwa penyerbuan anggota TNI AD ke kantor instansi lain dapat dicegah.

”Kalau mayor dan letkol setiap hari dekat dengan mereka, tidak mungkin mayor dan letkol itu tidak mengetahui apa yang terjadi di kesatuan mereka, misalnya keganjilan berupa ngumpul-ngumpul yang tidak wajar,” ungkap Yudhoyono, yang pernah memimpin batalyon di Timor Timur beberapa tahun.

Presiden mengakui, zaman telah berubah. Teknologi informasi dan komputer sekarang sangat dominan dalam kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dalam kehidupan militer. Namun, jangan sampai kemajuan teknologi membuat komandan tidak lagi mengenal dengan baik kehidupan prajurit yang dipimpinnya, termasuk kesusahan keluarga prajurit. ”Tidak dilarang menikmati teknologi supaya jadi cerdas, tetapi bagaimanapun, fokus militer adalah memimpin anak buah,” kata Yudhoyono.

Yudhoyono lantas menceritakan, pada masa silam, seorang komandan selalu dekat dengan prajurit. ”Senam pagi bersama prajurit. Jam tujuh apel. Jam dua siang apel. Pulang sore. Malam masih bermain gaple (dengan prajurit). Berkumpul untuk mendengar cerita-cerita lucu mereka. Mendengarkan pengalaman keluarga mereka. Dengan cara itu, saya bisa mengerti apa yang sedang terjadi di kesatrian,” paparnya.

Di akhir ramah tamah, Presiden minta para jenderal meneruskan pesan kepada perwira menengah tentang pentingnya kedekatan dengan prajurit.

Sepanjang ramah tamah, tidak disinggung jiwa korsa Kopassus yang dikatakan jadi motif pembunuhan di LP Cebongan.(A Tomy Trinugroho/K13)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com