Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahanan Mogok Makan

Kompas.com - 08/04/2013, 04:03 WIB

Medan, Kompas - Sebagian imigran tahanan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan, Sumatera Utara, mogok makan. Mereka mendesak Pemerintah Indonesia dan International Organization for Migration memindahkan sebagian tahanan agar tidak terjadi lagi bentrokan.

Sasi (32), tahanan beretnis Rohingya dari Sri Lanka, menuturkan, sejak Jumat lalu mereka menolak makan dan hanya minum. Selain warga Rohingya, tahanan dari Iran dan Pakistan juga ikut mogok makan. ”Ada 86 orang yang mogok makan. Lima orang sedang sakit karena tidak makan,” kata Sasi, di Rudenim Medan, Minggu (7/4).

Kondisi itu dibenarkan Mohammad (30), tahanan dari Afganistan yang bertugas memasak. Beberapa hari sejak bentrokan antarimigran, banyak tahanan tidak makan. Mereka juga jarang tidur karena ketakutan.

Meskipun demikian, Mohammad dan tiga rekannya selalu masak sesuai jumlah tahanan yang mencapai 226 orang. Masing-masing tahanan mendapat jatah makan tiga kali per hari. Pada pagi hari sarapan roti, sementara untuk makan siang dan malam diberikan nasi dan lauk.

Sasi menjelaskan, tahanan itu mogok makan sebab menginginkan agar International Organization for Migration (IoM) memindahkan mereka ke tempat yang lebih aman. Tahanan tidak ingin selalu hidup dalam ketakutan. Mereka tak lagi tenang tinggal di Medan.

Menurut Kepala Seksi Registrasi Rudenim Medan Rida Agustian, mogok makan dilakukan sebagian tahanan sejak Sabtu. Sebagian bersedia kembali makan karena tak kuat menahan lapar.

Di luar Rudenim

Rida menambahkan, tahanan menuntut agar bisa tinggal di luar Rudenim. Tuntutan itu tidak bisa serta-merta dituruti karena mereka masih dalam proses assessment, yakni tahapan untuk menentukan mereka layak menyandang status pengungsi atau masih sebagai imigran gelap karena tak memiliki dokumen resmi.

Menurut Rida, Imigrasi Medan bekerja sama dengan Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) untuk menangani imigran gelap itu. ”Kalau mereka mogok makan, UNHCR tidak simpati,” ujarnya.

Keresahan dan ketakutan tahanan imigrasi itu dipicu oleh bentrokan antarwarga Myanmar yang berbeda etnis. Delapan warga Myanmar tewas. Bentrokan dipicu kasus pelecehan seksual.

Polres Belawan pun menetapkan 19 warga Myanmar etnis Rohingya sebagai tersangka kasus bentrokan itu. Mereka kini ditahan di Polres Belawan. Untuk menghindari bentrok lanjutan, tiga warga Myanmar yang berbeda etnis dengan tersangka dipindahkan. (mhf)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com