Medan, Kompas -
Sebelumnya, tiga perempuan Rohingya—SB, AK, dan ZB—melapor kepada Ali, tetua imigran Myanmar dari etnis Rohingya, bahwa mereka menjadi korban pelecehan seksual dan pemerkosaan oleh Aye Win dan 10 rekannya, Kamis. Ali pun melaporkan ini ke pimpinan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan.
”Kami memfasilitasi kedua pihak berdialog. Sepertinya tidak ada masalah lagi,” kata Pelaksana Harian Kepala Rudenim Medan Yusuf Umardani.
Kamis malam, imigran Rohingya berkumpul di sel, di lantai dua, membahas laporan pemerkosaan dan pelecehan seksual itu. Sel itu berjarak 5 meter dari sel imigran Myanmar lain. Warga Myanmar berkomentar (
Jumat pukul 01.30, seorang imigran Myanmar mendatangi kerumunan imigran Rohingya dan menusuk Ali dengan sebilah pisau. Ali dan rekannya melawan dan mengejar warga Myanmar.
Di lantai dua, imigran Myanmar hanya 11 orang dan warga Rohingya sekitar 90 orang. Bentrok tak seimbang itu menyebabkan delapan warga Myanmar tewas, termasuk Aye Win. ”Tiga orang selamat karena mereka tidur di lantai satu,” ujar Yusuf.
Korban tewas akibat luka tusuk atau pukulan benda tumpul. Tempat tidur, kursi, dan sapu di lantai dua rusak, diduga dipakai sebagai senjata saat bentrok. Sebanyak 25 warga Rohingya luka.
Saat kejadian, hanya ada 4 penjaga di Rudenim Medan. Menurut Yusuf, mereka tak berani melerai karena takut jadi korban, sedangkan penghuni lain diam.
”Saya mendengar ribut-ribut, tetapi tidak menyangka kalau ada bentrokan. Bangun tidur, pukul 07.00, baru tahu kalau ada yang tewas,” papar Mohammad, imigran asal Afganistan.