Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Lebih Dahsyat dari Cebongan Bisa Terjadi

Kompas.com - 28/03/2013, 05:08 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah harus menangkap semua pelaku yang terlibat dalam penyerangan dan pembunuhan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta. Jika tidak tuntas, peristiwa yang lebih mengerikan bisa terjadi.

"Pemerintah tidak bisa main-main dengan persoalan ini. Bukan mustahil akan ada yang jauh lebih dahsyat," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, di Jakarta, Rabu (27/3/2013).

Jika melihat peristiwa di Lapas Sleman, Ikrar sependapat jika Indonesia tengah berada di dalam bahaya. Apalagi, kata dia, jika benar ada oknum anggota TNI yang terlibat dalam peristiwa itu. Hanya saja, ia tak mau menduga para pelaku dari TNI.

Hendardi dari Setara Institute menilai peristiwa di Lapas Sleman menunjukkan hukum telah sampai di titik terendah. Peristiwa seperti itu selama ini hanya dilihatnya di film-film. Namun, ternyata terjadi dalam kehidupan nyata.

Hendardi menduga kuat bahwa para pelaku berasal dari TNI. Ia menyayangkan sikap kontraproduktif para petingggi TNI yang malah semakin membuat rumit masalah. Para petinggi TNI langsung membantah adanya keterlibatan TNI meskipun penyelidikan belum tuntas.

"Bukannya investigasi mendalam, yang muncul penyangkalan-penyanggalan, lempar tanggung jawab. Tidak cukup penyelidikan hanya dilakukan tim dari kepolisian dan TNI. SBY harus bentuk tim investigasi independen," kata Hendardi.

Sebelumnya, Presiden memerintahkan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo untuk melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mengungkap para pelaku dan memastikan semua yang terlibat diadili di pengadilan.

Presiden juga menginstruksikan Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono agar seluruh jajaran TNI bekerja sama dengan Polri dalam pengungkapan identitas para pelaku.

"Presiden menegaskan bahwa kewibawaan negara harus dipulihkan dan kepercayaan rakyat terhadap hukum tidak boleh berkurang karena peristiwa ini. Presiden SBY menyeru agar masyarakat ikut memberi dukungan dan mengawal proses penyelidikan ini," kata Daniel Sparringa Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Nasional
    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Nasional
    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Nasional
    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Nasional
    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com