Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kedamaian Yogyakarta Terusik

Kompas.com - 25/03/2013, 02:01 WIB

Meski demikian, Arie menyatakan, peristiwa yang terjadi di Yogyakarta ini belumlah merupakan musibah besar yang tidak bisa diatasi. Yogyakarta masih memiliki kekuatan untuk memangku pluralisme sebagai wajah harmoni Yogyakarta.

Memang benar apa yang dikatakan Arie. Sekitar tahun 1970-an di Yogyakarta terjadi ketegangan yang cukup mengkhawatirkan dengan adanya percekcokan antarkelompok etnis. Namun, sejak itu kondisi Yogyakarta terus berjalan nyaman, tak pernah lagi ada ketegangan yang berarti.

Bahkan, ketika peristiwa Mei 1998, Yogyakarta yang multietnis itu dengan gampang diincar sebagai ajang kerusuhan. Sempat ada pelemparan terhadap gedung-gedung, tetapi sama sekali tidak timbul kerusakan. Itu terjadi setelah Gubernur DIY terjun langsung ke lapangan, berkeliling ke segala penjuru Kota Yogyakarta, dengan mengeluarkan imbauan lewat pengeras suara. Kerusuhan pun tak terjadi. Itu tidak semata-mata atas kekuatan Sultan HB X, tetapi disertai pula komitmen masyarakat yang peduli menjaga Yogyakarta.

Sampai sekarang Gubernur DIY yang juga Raja Yogyakarta itu senantiasa turun ke lapangan di saat terjadi ketegangan antarwarga. Seperti peristiwa Desember tahun lalu, Sultan HB menghadiri perayaan Natal bersama di Dusun Tambakbayan, Depok, Sleman, yang saat itu baru saja terjadi ketegangan antara warga setempat dan pendatang yang umumnya mahasiswa. Perayaan itu sekaligus digunakan Sultan untuk mempertemukan warga pendatang dari Belu, Alor, Papua, dan Maluku Tenggara dengan warga masyarakat Tambakbayan.

Sultan menganggap warga pendatang adalah anak. Bahkan, dia menekankan kehadiran pendatang di Yogyakarta sama sekali tidak diharapkan jadi orang Jawa. ”Jadilah orang Maluku, orang NTT, orang Papua, dan lainnya yang berperilaku baik. Mereka memiliki identitas sendiri yang dijamin undang-undang. Pendiri negara ini mengakui perbedaan yang ada adalah modal, bukan sumber masalah bangsa,” katanya.

Inilah yang ingin ditunjukkan Yogyakarta, tetap mampu mengatasi Indonesia mini, dengan memangku hidup berbagai kelompok etnis. (TOP/ABK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com