JAKARTA, KOMPAS.com — Komnas Hak Asasi Manusia mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh oknum aparat Densus 88 di Poso seperti terekam dalam video yang beredar di masyarakat.
"Kita meminta adanya pengawasan dalam kerja pemberantasan terorisme sehingga peristiwa yang terjadi pada 22 Januari 2007, yang dilakukan oleh beberapa oknum Densus 88 yang terkesan tidak manusiawi, tidak terjadi lagi," ujar ketua tim pemantauan dan penyelidikan penanganan tindak pidana terorisme, Siane Indriani, di Kantor Komnas HAM, Senin (18/3/2013).
Ia mengatakan, Komnas HAM mendesak agar Kapolri mempertanggungjawabkan kasus ini dan segera mengusut tuntas pelaku pelanggaran HAM serius yang dilakukan oleh anggota Densus 88 ataupun aparat lain yang terlibat. Komnas HAM menilai penyiksaan dan penganiayaan terhadap para korban yang sudah tidak berdaya, sebagaimana terekam jelas dalam video yang telah beredar, sangat tidak manusiawi.
Pada akhir Februari 2013, Komnas HAM mendapatkan beberapa rekaman video kekerasan dan penganiayaan yang diduga dilakukan oleh aparat Densus 88 terhadap terduga teroris di Tanah Runtuh, Gebang Rejo, Kabupaten Poso, yang terjadi pada 22 Januari 2007.
Dalam video tersebut terdapat sedikitnya 13 orang yang ditembak di lokasi kejadian. Meskipun sudah menyerah, mengangkat tangan, dan telanjang dada; para warga tetap disiksa.
Siane mengatakan, dalam melakukan tugasnya, adanya sistem pengawasan yang ketat dalam pemberantasan terorisme diharuskansehingga tindakan-tindakan pelanggaran HAM akan terhindar.
"Pemerintah harus memantau pola kerja dalam pemberantasan terorisme sehingga pelanggaran HAM bisa terhindar," ucapnya.
Video dugaan pelanggaran HAM tersebut dilaporkan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin bersama pimpinan sejumlah ormas Islam tingkat pusat ke Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2013). Din mengatakan, tayangan video itu menunjukkan adanya pelanggaran HAM yang diduga dilakukan oleh Densus 88 kepada tersangka teroris.
Polri mengakui, pelaku kekerasan dalam video tersebut merupakan anggotanya dari satuan tugas di Poso, Sulawesi Tengah. Namun, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (4/3/2013), mengatakan bahwa pihaknya belum dapat memastikan bahwa pelaku adalah anggota Densus 88.