Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT CPB Sesalkan Bentrok Antar-Kelompok Plasma

Kompas.com - 12/03/2013, 22:31 WIB
Yulvianus Harjono

Penulis

BANDAR NLAMPUNG, KOMPAS.com- Manajemen PT Central Pertiwi Bahari menyesalkan terjadinya bentrok antar-kelompok petambak yang melukai 21 orang, Selasa (12/3/2013). Tarpin A Nasri, Kepala Komunikasi PT CPB, melalui siaran persnya, Selasa malam mengatakan, ke-21 orang yang terluka itu terdiri dari 19 karyawan, seorang petambak plasma, dan anaknya.

Ke-21 korban itu, ucapnya, telah mendapat perawatan intensif dari Tim Balai Pengobatan CPB, Kampung Bratasena Adiwarna, Kecamatan Dente-Teladas, yang dipimpin langsung Kelapa Balai Pengobatan CPB Didik Irianto. Pihak perusahaan, ungkapnya, akan menanggung sepenuhnya biaya perawatan para korban. Namun, pihaknya berharap kejadian bentrokan itu tidak akan terulang di kemudian hari.

Bentrok fisik antara kelompok Petambak Peduli Kemitraan (P2K) dan plasma Forsil (Forum Silaturahmi Petambak Bratasena) itu, ungkapnya, dipicu penolakan pemeriksaan Ketua Umum Forsil Cokro Edy Prayitno, pengurus serta anggota Forsil saat melintasi pos keamanan di tambak CPB di Pasiran.

"Karena Cokro Edy Prayitno dan kawan-kawan Forsil menolak diperiksa, maka sesuai prosedur tetap (protap) Bagian Security, Cokro Edy Prayitno tidak dibolehkan memasuki lokasi CPB. Dan, akhirnya, Cokro Edy Prayitno dan kawan-kawan menginap di rumah Mubayin," tuturnya.

Mendapati Ketua Umum Forsil Cokro Edy Prayitno dan kawan-kawannya tidak bisa masuk lokasi, ratusan pengurus dan anggota Forsil yang berada di Kampung Bratasena Adiwarna dan Kampung Bratasena Mandiri berkumpul untuk menjemput Cokro Edy Prayitno dan kawan-kawan. Lalu, ini mendapat penghadangan dari petambak plasma P2K dan karyawan yang sedang ronda.

Ketika plasma P2K dan plasma Forsil bertemu di Pos Ronda Plastic Lining Operation (PLO) dan Pos Ronda Foord Processing Division (FPD), jelasnya, bentrok fisik tidak bisa lagi dihindari dan jatuhlah 21 korban dengan berbagai luka ringan sampai luka berat.

"Yang terparah adalah luka robek dan fraktur (retak) pada daerah kepala atas, dan khusus yang luka parah ini kita rujuk ke rumah sakit terdekat," ujar Kepala Balai Pengobatan CPB Didik Irianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com