Hal itu disampaikan Syahbandar Banyuwangi Widodo, Rabu (27/2). ”Wilayah selatan Banyuwangi ikut terkena imbas angin siklon tropis Rusty. Gelombang laut di pantai selatan bisa mencapai 2-3 meter dan disertai angin kencang. Karena itu, nelayan harus berhati-hati jika melaut. Di laut, gelombang tinggi merusakkan setidaknya dua kapal nelayan,” ujarnya.
Menurut Widodo, tiga hari terakhir, kawasan selatan Banyuwangi sempat diterjang angin ribut. Selain merusak tujuh atap rumah warga di Kecamatan Pesanggaran, angin juga merobohkan pepohonan di jalan besar dan perkebunan.
Siklon tropis Rusty merupa-
Akibat gelombang tinggi dan tiupan angin, nelayan di pantai selatan kini memilih tak melaut. Mereka yang telanjur melaut berlindung di pelabuhan perikanan terdekat sambil menunggu cuaca tenang kembali.
Menurut Suja’i (44), nelayan dari Kampung Grajagan, Kabupaten Banyuwangi, gelombang tinggi belum mereda. Angin pun masih kencang bertiup terutama di pesisir pantai. ”Kami menghentikan semua kegiatan melaut. Memang ada yang nekat, tetapi akhirnya berputar lagi di sekitar teluk karena angin sangat kencang. Perahu kami tak bisa bertahan di tengah laut,” katanya.
Nelayan yang tak melaut juga terlihat di pusat perikanan Muncar. Di pelabuhan itu, perahu nelayan berderet-deret di dermaga. Para nelayan yang biasanya berlayar hingga pantai selatan memilih menunda melaut karena gelombang tinggi.
Hasyim (33), nelayan Muncar, mengatakan, ada beberapa nelayan yang nekat melaut, tetapi mereka memilih mencari ikan di sekitar Selat Bali yang aman.
Meskipun berdampak pada nelayan, siklon Rusty tak sampai mengganggu lalu lintas pelayaran kapal penumpang. Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, yang menghubungkan Jawa dengan Bali, masih beroperasi normal. ”Kondisi gelombang laut di Selat Bali yang menjadi nadi penyeberangan Jawa-Bali masih normal atau kurang dari 1 meter. Kecepatan angin pun masih di bawah 20 knot. ”Selat Bali tak terimbas badai. Jadi, aktivitas di kawasan ini masih aman,” ucap Widodo.
Akibat hujan deras disertai angin kencang selama sepekan terakhir, pelayaran dari Pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menuju Kepulauan Selayar dan Sulawesi Tenggara juga terganggu. Pengelola pelabuhan memberlakukan sistem buka dan tutup untuk penyeberangan. Sebab, ketinggian gelombang mencapai 3,5 meter.
Syahbandar Pelabuhan Bira Muhammad Abidin mengemukakan, pihaknya sempat membuka pelayaran pada Rabu pagi setelah mendapat informasi kondisi cuaca kondusif dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Jadwal keberangkatan dua kapal motor tujuan Kepulauan Selayar dan Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, pun dimajukan dari jadwal semestinya pada sore.
Adapun Kantor Administrator Pelabuhan Cilacap, Jawa Tengah, meminta seluruh operator tongkang menunda keberangkatan dari Pelabuhan Tanjung Intan. Gelombang tinggi hingga 7 meter disertai angin kencang yang melanda perairan selatan Pulau Jawa ini dinilai membahayakan keselamatan pelayaran.
Namun, di Maluku, pelayaran Kapal Motor Sabuk Nusantara 34 atau kapal perintis baru terhambat akibat tak adanya pasokan bahan bakar. Imbasnya, belasan penumpang harus menunggu berhari-hari karena kapal tak bisa berlayar.