Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam di Kampung Patin Riau...

Kompas.com - 28/02/2013, 02:34 WIB

Selasa (19/2) petang pukul 18.00 WIB, rombongan kami tiba di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Rombongan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk beserta sejumlah pejabat dari Kementerian BUMN dijadwalkan menghadiri panen raya ikan patin pada Rabu (20/2) di desa itu.

Memasuki kampung ikan patin di Desa Koto Mesjid, Kecamatan XIII, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, memang jauh berbeda dengan perkampungan di ibu kota. Tidak banyak penerangan jalan, dan posisi rumah tidak sepadat kampung-kampung di Jakarta. Jarak satu rumah dengan rumah lain bisa lebih dari 500 meter.

Rombongan PT Telkom dan Kementerian BUMN segera diterima di rumah salah seorang tokoh masyarakat. Setelah beristirahat sebentar, Ibu Nafsiah Dahlan Iskan, yang menjadi bagian dari rombongan PT Telkom dan Kementerian BUMN, pun didaulat untuk memasak.

Saat suasana mulai terang keesokan harinya, saya kembali terkagum-kagum dengan bangunan-bangunan rumah di desa tersebut. Rata-rata rumah dibangun cukup megah, besar, dan indah. Jauh dari kesan rumah-rumah di pedesaan. Meski, masih ada saja beberapa rumah yang memang terbuat dari kayu.

”Ya, rumah-rumah di sini memang banyak yang mulai dibangun. Ini seiring semakin baiknya penghasilan warga sini karena memelihara ikan patin,” ujar Suhaimi, tokoh masyarakat di sana.

Suhaimi yang merupakan pelopor ternak ikan patin menceritakan, awalnya rumah-rumah di Desa Koto Mesjid adalah rumah jatah hidup yang terbuat dari papan-papan kayu. Disebut demikian karena mereka mendapat jatah rumah setelah bertransmigrasi.

Warga Desa Koto Mesjid saat ini awalnya tergabung dengan Desa Pulau Gadang yang terletak sekitar 10 kilometer (km) dari lokasi Desa Koto Mesjid. Saat ini, desa asal warga Koto Mesjid sudah menjadi PLTA Koto Panjang. Warga direlokasi atau di transmigrasi secara bedol desa tahun 1999 karena PLTA Koto Panjang akan di bangun di sana.

”Kami dari daerah pesisir dipindah ke pegunungan dengan diberi uang suguh hati (uang saku), tanah seperempat hektar untuk rumah, dan 2 hektar lahan kebun,” ujar Suhaimi. Warga diberi lahan kebun karena selama ini pekerjaan utama mereka adalah berkebun karet.

Suhaimi mengisahkan, awalnya warga hidup dengan keterbatasan. Kebun yang ditanami karet belum memberi hasil.

Namun kian lama usaha Suhaimi membuahkan hasil. Dari hanya dikerjakan sendiri, ia mulai memiliki pekerja. Tahun 2003, dengan mendapat suntikan dana dari Telkom, usaha Suhaimi kian berkembang. Warga mengikuti jejaknya. (DAHLIA IRAWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com