Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Cantik Bordir Nusantara

Kompas.com - 17/02/2013, 03:05 WIB

Ketika kain tiba di galerinya, proses berikutnya adalah membuat material kebaya yang serasi dengan warna kain. Ini bukan soal mudah. Kadang Salmarini harus mengirim kain bersangkutan kepada para perajin tenun yang menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Garut. Kemudian kain itu dikembalikan lagi bersama bahan kebaya.

Setelah kain dan bahan kebaya datang, giliran Salmarini melakukan ”tes warna”. Para pebordir akan melakukan semacam simulasi di bahan kebaya tersebut untuk melihat apakah benang bordir yang dipakai akan menghasilkan efek warna yang serasi. ”Ini semua yang membuat sebuah setelan jadinya lama,” katanya. 

Khusus untuk motif bordir yang diambil dari kain songket, ulos, tenggarong, atau kain ende, misalnya, butuh waktu lebih lama. ”Tidak semua pebordir bisa melakukannya. Apalagi kalau kebayanya dibordir penuh. Tapi untuk motif bordir yang diambil dari corak hias batik, seperti sekar jagad, buketan, umumnya semua pebordir di sini bisa,” kata Salmarini yang saat itu mengenakan atasan dengan bordiran penuh bermotif tenggarong. ”Untuk memesan atasan seperti ini antreannya harus menunggu sampai enam bulan,” katanya. 

Ketekunan dan kerja keras itu telah berbuah. Jika di awal bisnisnya ia harus mengejar-ngejar pelanggan, kini Salmarini harus kerja keras memenuhi pesanan pelanggannya, sekitar 200 setelan per bulan dengan omzet sekitar Rp 300 juta. ”Para pebordir sering harus lembur,” katanya.

Setelan yang dibuat di galeri ini memang tidak murah, berkisar Rp 2 juta-Rp 5 juta, tetapi sebagian besar baju yang dipajang di galerinya di kawasan Tanah Kusir, Jakarta, sudah dipesan. ”Pelanggan saya kebanyakan para perempuan usia 40 tahun ke atas,” kata Salmarini yang mengusung label Syafitri.

Kini dengan 42 karyawan tetap dan sejumlah karyawan tidak tetap yang bekerja untuknya, Salmarini yakin bahwa inilah jalan hidupnya. Menjual kebaya bordir. (Myrna Ratna) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com