Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkitnya Kawula Muda Perambah Hutan

Kompas.com - 12/02/2013, 03:39 WIB

Dua setengah tahun silam, Edi yang tengah berjualan tak sengaja bertemu dengan Alexander Mering di Desa Telukbakung. Mering adalah wartawan yang juga aktivis YPPN. Mering, waktu itu, tengah mengidentifikasi masyarakat perambah hutan di Sungai Ambawang, yang dikenal sebagai pemasok kayu bulat jenis cerucuk untuk tiang bangunan. Dari identifikasi itu, Mering bisa mengusulkan PNPM Peduli bagi masyarakat setempat agar mereka tidak lagi menjadi perambah hutan, dan memiliki kemampuan mengelola potensi daerahnya.

Kebetulan, Edi merupakan salah satu penebang kayu cerucuk yang tengah diidentifikasi Mering. Dari Edi inilah, Mering mendapatkan banyak informasi tentang perambahan hutan. Bahkan, Mering juga bisa bertemu dengan komunitas anak muda Katolik Dusun Locek yang umumnya putus sekolah.

”Mereka dalam kondisi terjepit, dan ingin melawan perkebunan yang mereka anggap mempersulit hidup mereka. Namun, saya anjurkan untuk tidak melakukan kekerasan seperti demo atau menduduki kantor perkebunan. Diarahkan melawan dengan damai dan cerdas,” tutur Mering.

Pria keturunan Dayak Iban itu pun akhirnya mengajak Edi dan anak-anak muda Dusun Loncek untuk berdialog terkait kehadiran perkebunan sawit dan potensi Dusun Loncek. ”Saya tawarkan, apakah mereka ingin jadi pegawai dengan berusaha sendiri atau hanya ingin terima gaji dan bekerja di perkebunan? Akhirnya, mereka memilih mendirikan usaha dan bisa menggaji diri mereka sendiri ketimbang digaji perkebunan sawit,” kata Mering. Dari situ terbentuklah KTM-PPB.

Pembibitan karet ungul

Kelompok ini khusus untuk menyiapkan pembibitan tanaman karet (Hevea brasiliensis) bagi warga desa dan masyarakat lainnya. Awalnya, KTM-PPB dipimpin Leo, menghibahkan lahan miliknya untuk tempat pembibitan karet unggul. Ia lalu mengundurkan diri setelah menikah dan digantikan oleh Pucuk alias Sarjono (30), tamatan SMP.

Kegiatan kelompok ini di antaranya mempersiapkan lahan hingga okulasi karet untuk pembibitan serta penjualan bibit karet unggul. Lahan pertama yang digunakan KTM-PPB adalah kawasan Kumbang 13, tak jauh dari pintu masuk Dusun Loncek.

Sejak KTM-PPB terbentuk, anak muda Dusun Loncek memang seperti bangkit dari tidur. ”Mereka punya harga diri karena tak lagi minum minuman keras, apalagi judi. Merambah hutan juga dikurangi. Hari-hari mereka banyak tersita untuk pembibitan karet,” ujar Edi.

Kini, KTM-PPB juga sudah memiliki tabungan yang disimpan di credit union atau semacam lembaga keuangan mikro di Kalimantan. Bahkan, KTM-PPB pun menginspirasi terbentuknya kelompok lain di Loncek, yaitu Kelompok Tani Burung Arue yang khusus untuk ibu-ibu, dan Kelompok Tani Sabaya Mao yang anggotanya para bapak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com