Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Konsumsi Air PDAM Bercampur Lumpur

Kompas.com - 11/02/2013, 11:40 WIB
Kontributor Bulukumba, Rini Putri

Penulis

SINJAI, KOMPAS.com - Warga di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan mengeluhkan kondisi air PDAM yang semakin keruh, apalagi disaat musim hujan, tingkat kekeruhan yang diterima oleh pelanggang semakin parah. Rata-rata warga menerima suplai air dari PDAM telah bercampur dengan lumpur yang warnanya sudah kecoklatan.

"Warna air sudah kecoklatan karena airnya tercampur dengan lumpur, jika kami ingin mengonsumsinya biasanya kita endapkan dulu lumpurnya, baru airnya bisa kita gunakan," ujar seorang warga, Djalil, Senin (11/2/2013).

Kekeruhan air sudah dirasakan sejak setahun terakhir. Namun, kata Djalil, hingga sampai saat ini pihak PDAM belum juga bisa mengatasinya. Menurutnya, kondisi seperti ini sangat merugikan konsumen, apalagi pada umumnya warga Sinjai mengonsumsi air PDAM ketimbang air sumur.

Direktur Utama (Dirut) PDAM Sinjai, Junaedi yang dihubungi melalui telepon genggamnya membenarkan kekeruhan tersebut. Dia menjelaskan kondisi itu bukan faktor dari mesin milik PDAM, namun dikarenakan aliran sungai yang sudah tercemar.

"Daerah aliran sungai mulai dari hulu hingga ke muara sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Penyebabnya, pepohonan di sekitar aliran sungai tersebut banyak yang sudah ditebang. Akhirnya ketika curah hujan tinggi dan terjadi banjir intensitas lumpur tak terelakkan. Kejadiannya tiap tahun, mulai masuk Desember hingga akhir Januari," jelasnya.

Junaedi menambahkan, kondisi tersebut menjadi kendala yang cukup rumit bagi PDAM Sinjai. Pasalnya, kata dia, jika air dibiarkan terus mengalir, air akan keruh. "Tapi jika dihentikan justru akan lebih parah karena kebutuhan air warga kota banyak bertumpu pada PDAM. Ini seperti buah Simalakama," kata Junaedi.

Demi mengantisipasi hal tersebut, kata Junaedi, pihaknya saat ini tengah mengusahakan wilayah sumber air baru yang lebih bersih dan jernih di daerah pegunungan perbatasan Bulukumba-Sinjai. "Saat ini sudah selesai pemasangan pipa. Kita tinggal menunggun dana agar bisa segera dilengkapi dan digunakan," ujar Junaedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com