Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Tiket Pesawat Naik

Kompas.com - 04/02/2013, 02:51 WIB

Bengkulu, Kompas - Berakhirnya jasa transportasi udara oleh Batavia Air membuat harga tiket pesawat ke sejumlah kota tujuan yang kini tak lagi dilayani Batavia Air naik. Naiknya harga tiket ini antara lain dirasakan para pengguna jasa transportasi udara Bengkulu-Jakarta.

Hal itu disampaikan Krishna Gamawan dari Alesha Wisata Tours and Travel, di Bengkulu, Minggu (3/2). Krishna menuturkan, seminggu sebelum dinyatakan pailit Batavia Air rute Bengkulu-Jakarta sudah tidak terbang. Di saat bersamaan pesawat Sriwijaya Air juga mengurangi frekuensi penerbangannya dari dua menjadi satu penerbangan sehari. Praktis hanya ada empat penerbangan Bengkulu-Jakarta, tiga penerbangan oleh Lion Air dan satu penerbangan oleh Sriwijaya Air.

Akibatnya, harga tiket meroket. Kembali normalnya penerbangan Sriwijaya Air Bengkulu-Jakarta dua kali sehari di bulan Februari ini tidak mampu meredam harga tiket yang meroket. Apalagi konsumen sudah mengetahui Batavia Air pailit.

Krishna mencontohkan, di saat Batavia Air mulai tidak terbang awal minggu lalu harga tiket Bengkulu-Jakarta sudah menginjak kisaran Rp 800.000-Rp 1 juta. Kini, setelah Sriwijaya Air kembali normal dengan dua penerbangan sehari, pun tidak mampu menurunkan harga secara signifikan.

Saat dicek pada Minggu (3/2), maskapai Lion Air untuk penerbangan Bengkulu-Jakarta sejak hari ini hingga 20 Februari nanti tidak mengeluarkan lagi harga promo. Harga termurah Rp 511.000. Ini lebih mahal dibandingkan Padang-Jakarta dengan jarak yang lebih jauh yang masih ada harga promo Rp 472.500.

Padahal, selama Januari pada umumnya harga tiket pesawat dari Bengkulu masih promo, di bawah Rp 400.000. Ini berlaku untuk semua maskapai.

Sekretaris Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bengkulu, Jaenal Purba, mengakui pailitnya Batavia Air berdampak pada harga tiket pesawat. ”Seperti halnya permintaan dan penawaran. Sekarang jumlah penerbangan ke Bengkulu dari Jakarta berkurang. Harga tiket pun naik,” katanya.

Menurut Purba, tiket pesawat yang mahal tentu akan merugikan konsumen. Untuk mengatasinya jumlah penerbangan ke Bengkulu harus ditambah, setidaknya kembali ke kondisi semula enam penerbangan sehari.

Sejauh ini pergantian kembali uang tiket pesawat Batavia Air kepada penumpang dan pihak travel juga masih belum jelas. Penumpang pemilik tiket Batavia Air dengan rute yang tidak diisi Maskapai Mandala Airlines seperti Pekanbaru, Surabaya, Padang, dan Singapura, juga tak jelas nasibnya. Mereka menuding pihak Batavia Air lepas tangan.

Yatno Diono selaku Supervisor Terminal Operation Service Angkasa Pura II yang ditemui di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Sabtu, mengungkapkan, pihaknya masih melakukan aktivitas pendataan nama penumpang. Terkait dengan informasi biaya ganti rugi, baru akan disampaikan oleh kurator Batavia Air pada Senin (4/2) ini.

”Kita masih fokus dengan mendata para penumpang yang gagal terbang. Per hari jumlahnya bisa melebihi 200 orang. Info yang kami dapat bahwa Senin ini baru diumumkan oleh kurator soal uang ganti itu,” ujar Yatno.

Pengamat penerbangan, Chappy Hakim, menegaskan, pemerintah khususnya Kementerian Perhubungan harus segera turun tangan untuk menangani masalah ini. Selain itu, Kemenhub perlu melakukan investigasi yang mendalam terkait penyebab pailitnya Batavia Air.

”Masalah pailitnya Batavia air bukan suatu kejadian yang baru. Sudah banyak maskapai yang mengalami itu. Oleh karena itu, Kemenhub harus memperketat dalam prosedur pemberian izin bagi maskapai penerbangan komersial dan juga melakukan penindakan terhadap maskapai penerbangan tersebut, apabila terbukti melakukan pelanggaran terhadap regulasi penerbangan sipil (Civil Aviation Safety Regulation),” kata Chappy.(ADH/K06/K04)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com