Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Rohingya Melahirkan Bayi di Perahu

Kompas.com - 31/01/2013, 19:53 WIB

BANGKOK, KOMPAS.com - Seorang pengungsi Rohingya melahirkan seorang bayi laki-laki di dalam sebuah perahu yang disesali 110 orang pengungsi yang tiba di Thailand dari wilayah barat Myanmar. Demikian seorang pejabat pemerintah Thailand, Kamis (31/1/2013).

Perahu itu kemudian tenggelam. Beruntung para pengungsi itu sudah tiba di pesisir Pulau Surin, Provinsi Phang Nga, Thailand yang berdekatan dengan perbatasan Myanmar, Rabu (30/1/2013).

"Di antara mereka ada seorang bayi yang kemungkinan berusia sepekan atau 10 hari," kata seorang pejabat lokal, Manit Pienthong.

"Para pengungsi itu memberi tahu kami ada seorang bayi lahir di perahu. Kami lalu mengirim bayi itu ke rumah sakit untuk diperiksa. Bayi itu sehat," tambah Manit.

Bayi seberat 3 kilogram itu sudah dikembalikan ke ibunya. Lalu mereka berdua, lanjut Manit, dibawa ke pihak imigrasi. Namun tak ada yang mengetahui nasib keduanya saat ini.

Ribuan warga etnis Rohingya, telah meninggalkan Myanmar dalam beberapa bulan terakhir ini. Mereka terkadang harus melalui perjalanan laut yang berbahaya untuk mencari tempat yang lebih aman.

Sejumlah organisasi non-pemerintah menyuarakan keprihatinannya karena semakin banyak anak-anak dan perempuan di antara para pengungsi Rohingya.

"Bulan ini di Provinsi Pang Nga saja sudah tiba sembilan perahu pengungsi yang mengangkut sekitar 800 orang etnis Rohingya," kata Manit.

Angkatan Laut Thailand sudah menahan sekitar 200 perahu pengungsi agar tidak masuk ke wilayah negeri itu. Thailand kemudian akan memberi mereka makanan dan air namun melarang para pengungsi itu mendaratkan perahunya di daratan jika melihat perahu yang digunakan masih layak berlayar.

Langkah keras ini diambil pemerintah Thailand setelah melakukan penyelidikan atas dugaan perwira militer Thailand yang terlibat dalam penyelundupan manusia Rohingya.

Pemerintah Thailand menyatakan para pengungsi Rohingya diperbolehkan tinggal di pusat-pusat detensi selama enam bulan di saat pemerintah bekerja sama dengan badan pengungsi PBB mencarikan negara ketiga yang mau menampung mereka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com