Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2013, 09:02 WIB

KOMPAS.com - Sebagai bagian dari tradisi asli Indonesia, jamu masih menjadi produk favorit masyarakat. Jika Anda salah satu penikmat produk berkhasiat ini, tentunya mengerikan untuk mengetahui banyak produk-produk jamu berbahan kimia obat yang berbahaya bagi kesehatan.

Menurut Ketua GP Jamu Charles Saerang, kebanyakan masyarakat Indonesia mengonsumsi jamu untuk 3 hal, yaitu untuk menghilangkan pegal-pegal, meningkatkan stamina, dan pelangsingan. Artinya, jamu cukup menjadi andalan untuk mendapatkan kualitas kesehatan yang lebih baik.

Lalu bagaimana cara membedakan jamu alami dengan jamu dengan bahan kimia obat? Antoni Tarigan, peneliti dari Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) mengatakan, memang agak sulit membedakan jamu alami dengan jamu berbahan kimia obat (BKO). "Namun dengan melihat kemasan mungkin dapat membantu membedakannya," ungkap Tarigan dalam jumpa pers Rabu (30/1/2013) kemarin di Jakarta

Meskipun kemasan jamu berbahaya seringkali dipalsukan nomor izinnya, namun dari nama produk dan industri yang memproduksi dapat terlihat suatu jamu perlu diwaspadai. "Biasanya jamu BKO bernama aneh, seperti Putri Sakti, Busur Api, Tombak Dayak. Kemasannya pun bergambar organ-organ, padahal itu tidak diizinkan. Untuk jamu peningkat stamina, seringkali tertera gambar-gambar vulgar dan erotis," tuturnya.

Selain ciri-ciri tadi, sebaiknya Anda juga jangan memilih jamu yang tidak ada keterangan dengan berbahasa Indonesia, karena sudah dapat dipastikan jamu tadi tidak melewati pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Duta Jamu Indonesia, Ratna Listy pun turut bersuara untuk memberikan kiat aman dalam memilih jamu alami. "Jamu adalah ramuan alami, efeknya perlu waktu lama untuk dirasakan oleh tubuh. Makanya jangan pilih jamu yang khasiatnya cespleng," ujarnya.

Bau kimia pada jamu juga dapat menjadi indikasi jamu BKO, tambahnya. Ia mengakui kesedihannya pada masyarakat Indonesia yang cinta jamu malah dimanfaatkan oleh industri yang memproduksi jamu BKO. "Kita harus saling bahu-membahu dalam memerangi jamu BKO, salah satunya dengan sosialisasi jamu BKO ini pada seluruh masyarakat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anak Pertama Lebih Berisiko Hipertensi dan Obesitas?

Anak Pertama Lebih Berisiko Hipertensi dan Obesitas?

Alternatif
Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Memutuskan Terapi 'Chiropractic'

Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Memutuskan Terapi "Chiropractic"

Alternatif
Meditasi Terbukti Ampuh Atasi Depresi dan Kecemasan

Meditasi Terbukti Ampuh Atasi Depresi dan Kecemasan

Alternatif
4 Keistimewaan Madu yang Perlu Anda Tahu

4 Keistimewaan Madu yang Perlu Anda Tahu

Alternatif
Membedakan Aromaterapi Asli dan Palsu

Membedakan Aromaterapi Asli dan Palsu

Alternatif
Ginseng Merah Korea, Harganya Sebanding Khasiatnya

Ginseng Merah Korea, Harganya Sebanding Khasiatnya

Alternatif
Ekstrak Kaktus Centong Percepat Kesembuhan Luka

Ekstrak Kaktus Centong Percepat Kesembuhan Luka

Alternatif
Ginseng, Herbal Kebanggaan Korea

Ginseng, Herbal Kebanggaan Korea

Alternatif
Kembang Sepatu Bantu Mengatasi Obesitas?

Kembang Sepatu Bantu Mengatasi Obesitas?

Alternatif
Potensi Herbal dalam Pengobatan Kanker

Potensi Herbal dalam Pengobatan Kanker

Alternatif
Daun Jarak Tintir Cepat Sembuhkan Luka

Daun Jarak Tintir Cepat Sembuhkan Luka

Alternatif
Akupuntur Lengkapi Pengobatan Depresi

Akupuntur Lengkapi Pengobatan Depresi

Alternatif
Atasi Mata Lelah dengan Cara Mudah Ini

Atasi Mata Lelah dengan Cara Mudah Ini

Alternatif
Cara Tak Terduga Menghindari Gigitan Nyamuk

Cara Tak Terduga Menghindari Gigitan Nyamuk

Alternatif
Ganti Senyawa Kimia Pembersih Rumah dengan Bahan Alami

Ganti Senyawa Kimia Pembersih Rumah dengan Bahan Alami

Alternatif
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com