Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Motif Perampokan Bank Muamalat karena Dendam?

Kompas.com - 25/01/2013, 17:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rahmat (46), pelaku perampokan Bank Muamalat kawasan Yayasan Pendidikan Jenderal Sudirman, Jalan Pendidikan, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat (25/1/2013) siang, rupanya mantan karyawan bank tersebut. Aksi perampokan itu pun ditengarai dipicu dendam.

Berdasarkan penuturannya, pelaku pernah bekerja sebagai pengawas operasional Bank Muamalat yang berkantor di bilangan Jakarta Selatan dari tahun 2005 hingga 2010 lalu. Tanggung jawabnya meliputi pemeriksaan fisik uang serta sistem administrasi Bank Muamalat.

Namun sayang, pada akhir 2010, kariernya tamat. Perusahaan tak memperkenankan Rahmat untuk pindah wilayah tugas sesuai yang diinginkan pelaku. Terlebih, masa kontrak pria yang memiliki satu istri serta dua anak yang baru berumur 13 tahun dan 16 tahun tersebut pun telah habis.

"Surat permohonan pindah saya digantungin sudah lama. Sepertinya tidak disetujui untuk pindah, jadi seolah-olah surat saya digantungin, makanya saya sakit hati," ujarnya saat ditemui di ruang tahanan Markas Kepolisian Sektor Pasar Rebo, Jumat (25/1/2013) sore.

Atas alasan tersebut, Rahmat kemudian nekat merencanakan aksi perampokan itu seorang diri dengan hanya bermodalkan sebilah pisau dapur karatan.

Tak hanya itu, Rahmat juga melengkapi diri dengan seragam Bank Muamalat berwarna ungu serta name tag palsu atas nama Sutanto untuk mengelabui karyawan bank sasarannya.

"Bukan hanya sakit hati sih, tapi memang butuh duit juga buat anak istri," lanjut pelaku.

Jumat sekitar pukul 12.30 WIB, ketika umat Muslim tengah menunaikan ibadah shalat Jumat menjadi waktu yang dipilihnya untuk beraksi.

Menggunakan sepeda motornya seorang diri, pelaku kemudian datang dari rumahnya di RT 05 RW 03, Paseban, Senen, Jakarta Pusat, ke bank itu beberapa jam sebelum ia beraksi.

Layaknya karyawan biasa dengan menenteng amplop berwarna coklat berpura-pura hendak menyerahkan berkas, pelaku masuk ke dalam bank yang tengah tutup tersebut.

Setelah di depan meja kasir, pelaku pun mengeluarkan sebilah pisau dapur berkarat dan mengancam empat karyawan, yakni Risma Amelia (23), Rohani (34), Risa (23), dan Yulia (23). Rohani diketahui tengah mengandung bayi tujuh bulan. Pelaku juga mengikat korban dengan tali serta menutup matanya dengan lakban.

Setelah korban lumpuh, ia pun mengambil uang sebesar Rp 55.390.000 bank yang ada di atas meja teller.

"Habis ngambil uang, saya langsung kabur ke luar. Tapi pegawainya teriak-teriak dari dalam. Akhirnya tertangkap satpam," lanjut pelaku.

Pelaku yang telah naik di atas motornya berhasil diringkus oleh seorang petugas sekuriti bank bernama Gunardi, seorang sopir yang tengah menunggu anak majikannya, serta seorang anggota TNI AD.

Polisi yang datang kemudian membawa pelaku lengkap dengan barang bukti dan uang rampasan untuk diperiksa di kantor polisi lebih lanjut.

Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Mulyadi Kaharni memiliki pendapat berbeda dengan motif yang diakui pelaku.

Menurutnya, jawaban tersebut adalah jawaban pelaku kejahatan yang sudah ditangkap. Ia yakin, motifnya tak ada kaitannya dengan status pelaku yang merupakan mantan pegawai.

"Itu jawaban pelaku yang sudah ditangkap saja. Saya yakin dari pemeriksaan itu motifnya ekonomi, bukan dendam atau sakit hati," ujarnya.

Mulyadi menjelaskan, atas perbuatannya, pelaku dikenakan Pasal 365 KUHP tentang Pencurian Disertai dengan Kekerasan dengan ancaman hukuman selama 12 tahun penjara. Kasus itu pun masih dalam pengembangan Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Pasar Rebo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com