Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Tangkap Anjlok, Harga Ikan Naik

Kompas.com - 11/01/2013, 02:31 WIB

Jakarta, Kompas - Harga beberapa jenis ikan di Cilincing, Jakarta Utara, naik seiring dengan menurunnya tangkapan nelayan sepekan terakhir. Angin kencang dan gelombang tinggi membuat sebagian besar nelayan berperahu kecil tidak berani melaut.

Sumedi (44), Ketua Kelompok Nelayan Rampus Sinar Jaya, di Cilincing, Kamis (10/1), menyebutkan, harga ikan kembung yang biasanya Rp 10.000-Rp 12.000 per kilogram kini mencapai Rp 35.000 per kg. Adapun harga ikan belok atau tembong yang biasa diolah menjadi ikan asin naik dari Rp 1.000 per kg menjadi Rp 2.500 per kg.

”Harga udang juga relatif lebih tinggi meski selisih harga tak beda jauh dengan biasanya, yakni Rp 75.000 per kg. Sudah sejak awal tahun, nelayan tak melaut. Produksi ikan anjlok sehingga berpengaruh pada kenaikan harga,” ujarnya.

Tempat penyimpanan ikan berpendingin dengan kapasitas 17 ton yang dikelola kelompok nelayan setempat juga sudah lima hari kosong. Tak ada nelayan yang menitipkan tangkapannya di fasilitas tersebut. Padahal, tempat penyimpanan itu biasanya menyimpan 10-11 ton ikan dengan tarif jasa rata-rata Rp 500 per kg per minggu.

Pada Kamis siang, perahu-perahu nelayan berderet di saluran air Cakung Drain yang bermuara di Laut Jawa. Sejumlah nelayan terlihat bercengkerama dan tidur di atas perahu yang ditambatkan. Sebagian nelayan lainnya memperbaiki jaring dan perlengkapan tangkap atau menambal perahu yang bocor.

Berbahaya

Kepala Tempat Pelelangan Ikan Cilincing dari Suku Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jakarta Utara Sahero memperkirakan tangkapan nelayan anjlok dari 2 ton per hari menjadi kurang dari 0,9 ton per hari. Sebab, dengan bobot mati perahu rata-rata kurang dari 3 ton, nelayan Cilincing tak bisa melaut karena berisiko terbalik akibat empasan gelombang dan angin.

”Pekan ini menjadi awal musim paceklik bagi nelayan. Mereka memperkirakan gelombang laut lebih tinggi hingga beberapa pekan ke depan. Situasi ini menjadi masa yang sulit bagi keluarga nelayan karena tak ada penghasilan,” tutur Sahero.

Tinggi gelombang, kata Sahero, mencapai 1,5 meter di perairan utara Jakarta. Dengan ketinggian tersebut, perahu kecil mudah terempas gelombang laut, seperti menimpa nelayan Cilincing pekan lalu.

Perahu yang diawaki Alibi (35), Ahsani (27), Kelas (35), Samsul (30), dan Birani (30) tenggelam di dekat Pulau Damar, Kepulauan Seribu. Seorang awak perahu hilang, sementara kelima nelayan dapat diselamatkan petugas patroli Pertamina.

”Saat ini, hanya kapal berbobot mati lebih dari 10 ton yang bisa beroperasi, tetapi jumlahnya tak banyak sehingga produksi ikan tetap tidak optimal. Namun, gelombang tinggi dan angin kencang ini biasanya mereda pada akhir Februari atau awal Maret,” ujar Sahero. (MKN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com