Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pasang Merah Menghantam Pembudidaya Ikan...

Kompas.com - 06/01/2013, 04:25 WIB

Bahkan, tidak jarang, mereka harus begadang semalam suntuk diterpa angin laut untuk menjaga ikan yang sangat berharga itu agar tidak dicuri atau kerambanya kemasukan sampah berbahaya. Karena itu, kematian mendadak ikan dalam beberapa hari terakhir membuat mereka terpukul.

Meski sudah diberi tambahan multivitamin, sebagian bahkan juga dievakuasi ke wilayah perairan lain, ikan kerapu di Ringgung terus saja mati satu per satu. Pembudidaya ikan pun semakin tertekan. ”Industri (ikan keramba) ini tengah sekarat, tetapi pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar Al-Hadar.

Ringgung adalah kawasan budidaya ikan dalam keramba terbesar di Lampung. Di wilayah perairan Kabupaten Pesawaran ini kini terdapat 2.204 keramba dengan 53 pengusaha. Ikan kerapu bebek adalah komoditas ekspor andalan daerah ini. Nilai devisanya mencapai Rp 150 miliar per tahun.

Fenomena pasang merah

Menurut Muawanah, Penyelia Laboratorium Kualitas Air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, matinya ribuan ikan budidaya di Teluk Lampung diyakini disebabkan fenomena pasang merah atau biasa disebut red tide di dunia internasional. ”Ini adalah fenomena blooming (meledak)-nya fitoplankton Cochlodinium polykrikoides. Dalam jumlah berlimpah, itu berbahaya bagi biota laut. Ikan mati lemas sulit bernapas karena insang mereka tertutup plankton,” tuturnya.

Menurut dia, fenomena red tide ini belum pernah terjadi di Teluk Lampung sebelumnya. Namun, kumpulan fitoplankton dari kelas dinoflagelatta ini mulai terdeteksi ada di Teluk Hurun di perairan Pesawaran pada 17 Oktober lalu. Populasinya membesar seiring terus tingginya curah hujan di wilayah ini.

Selain mematikan ikan, ledakan populasi plankton C Polykrikoides juga mengancam kesehatan manusia. Plankton ini mengandung toksin paralitik, neurotoksik, dan hemolitik yang berbahaya. ”Toksin itu bisa terakumulasi dalam daging kerang-kerangan. Jika dikonsumsi, kerang itu bisa mengakibatkan kepala pusing, nyeri persendian, kram pada bibir dan lidah, serta kejang,” ungkap Muawanah.

Sesuai laporan warga, terdapat dua kasus keracunan di Teluk Betung, Bandar Lampung, beberapa hari terakhir, akibat warga mengonsumsi kerang dari Teluk Lampung. Karena itu, nelayan diimbau tidak menjual kerang yang tercemar plankton di Pesawaran. Warga juga diminta tidak mengonsumsinya.

Fenomena pasang merah ini pernah memukul industri perikanan di Jepang dan Korea Selatan. Fenomena ini muncul di Teluk Lampung, antara lain, dipengaruhi curah hujan dan nutrisi di wilayah muara atau pertemuan sungai dan laut. Peningkatan nutrisi di laut yang menjadi sumber pakan fitoplankton beracun itu tidak terlepas dari kesalahan manusia, yaitu menciptakan polusi di laut. (Yulvianus Harjono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com