Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Sampah dan Geologis Bisa Diatasi dengan Teknologi

Kompas.com - 05/01/2013, 03:21 WIB

jakarta, kompas - Rencana pembangunan terowongan multiguna (deep tunnel) yang diharapkan bisa berperan besar dalam menanggulangi banjir, merupakan langkah maju yang sudah sewajarnya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Beberapa hal yang dikhawatirkan bakal menghambat proyek ini, seperti sampah dan aspek geologis, dipastikan bisa diatasi dengan teknologi yang telah ada.

”Pilihannya membuat terobosan, yaitu sebuah langkah maju tentu dengan ada risiko, atau tidak membangun apa pun dan menunggu Jakarta makin hancur,” kata peneliti pada Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Firdaus Ali, Jumat (4/1).

Terowongan multiguna menjadi pilihan logis untuk Jakarta karena proyek ini tidak memerlukan pembebasan lahan. Masalah pembebasan lahan selama ini memang cukup mengganggu realisasi pembangunan di Jakarta. Sebut saja pembangunan Jakarta Outer Ring Road West II yang sampai sekarang terganjal masalah tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

Firdaus Ali sebagai penggagas terowongan multiguna ini juga menegaskan, dirinya tak gegabah dalam menelurkan ide. Menurut dia, ada kajian multiaspek untuk memastikan terowongan multiguna aman dan ramah lingkungan.

Terowongan multiguna sepanjang 19 kilometer dari Cawang ke Waduk Pluit itu dalam perencanaannya telah memperhitungan aspek teknik, aspek ekonomi, sosial, dan dampak lingkungan, serta aspek finansial.

Aspek teknik antara lain telah memperhitungkan aspek geologi dan hidrologi, investigasi lapisan tanah, sistem pengendalian banjir, serta manajemen lalu lintas di bawah tanah, dan aspek kesehatan bagi pengguna ataupun dampak keberadaan terowongan bagi lingkungan sekitar.

Aspek ekonomi, yaitu sebagai investasi untuk antisipasi kerugian akibat banjir serta keuntungan ketika pasokan air bersih bertambah dan kemacetan lalu lintas turut terurai.

Dampak keberadaan terowongan terhadap ekologi sekitarnya selama masa pembangunan hingga saat terowongan multiguna difungsikan juga telah dihitung. Kajian aspek sosial terkait bagaimana penerimaan masyarakat atas program ini dan kemungkinan terganggunya aktivitas keseharian mereka pun sudah ada.

Sementara itu aspek finansial, khususnya terkait kajian pembiayaan, pembagian pembiayaan, dan operasional terowongan itu di masa depan. Dibandingkan dengan membangun waduk atau kanal, biaya terowongan multiguna bisa dua kali lipat atau lebih. Namun, hanya terowongan multiguna yang bisa juga berfungsi sebagai konservasi air bawah tanah, fasilitas pembuangan dan pengolahan air limbah, penyedia air baku, bisa untuk meningkatkan kualitas air permukaan, sekaligus pengendali banjir.

Dengan adanya fungsi terowongan sebagai jalan tol dan saluran utilitas, pundi-pundi keuntungan terowongan multiguna makin kompleks.

”Jadi kekhawatiran soal sampah, seharusnya tidak berlarut-larut. Air tentu tidak begitu saja digelontorkan ke dalam terowongan. Akan tetapi, ada holding pond, tempat menyaring sampah dan endapan lain. Air yang telah bebas sampah baru mengalir ke terowongan,” kata Firdaus.

Terkait kondisi geologis Jakarta yang berbeda dengan Kuala Lumpur, Malaysia, yang memiliki Smart Tunnel serupa terowongan multiguna, Firdaus menegaskan ada teknologi khusus untuk mengatasi masalah itu. ”Bahkan untuk tanah yang lembek sekalipun, jika memakai liquid nitrogen bisa jadi keras dan aman dilewati. Akan ada kajian khusus untuk menentukan teknologi apa yang tepat dan aman untuk terowongan di Jakarta, termasuk yang tahan gempa, karena kita berada di ring of fire,” katanya.

Payung hukum

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menghendaki agar proses kajian hukum atas proyek pembangunan terowongan multifungsi selesai bulan depan. Dengan demikian, pembangunan terowongan itu bisa dimulai pada tahun 2013.

”Rencana pembangunan jangka menengah DKI Jakarta (RPJMD) atau rencana detail tata ruang (RDTR) bisa jadi payung hukum. Saya minta bulan depan selesai pembahasannya. Setelah selesai, presentasi, lalu segera putuskan,” kata Jokowi.

Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menyambut baik langkah Jokowi yang akan membangun terowongan multiguna. ”Kebijakan ini harus dikawal dari awal sehingga bisa terealisasi dengan baik,” katanya.

Yayat juga senang Jokowi sudah menyadari perlunya payung hukum untuk program sebesar dan seharga lebih dari Rp 16 triliun itu.

”Harus diapresiasi langkah Jokowi untuk memasukkan terowongan multiguna dalam RDTR dan RPJMD. Tanpa payung hukum, program ini tidak akan bisa berjalan karena tidak akan bisa dianggarkan dalam APBD atau tidak akan terbit izin bagi siapa pun untuk membangunnya. Jangan sampai rencana ini hanya terhenti di tingkat wacana,” katanya lagi.

Mantan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum Siswoko Sastrodihardjo menduga, yang dimaksud Jokowi dengan deep tunnel itu adalah deep tunnel reservoir (DTR) atau waduk terowongan bawah tanah, yang fungsi utamanya untuk mengendalikan banjir.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Ery Basworo mengatakan, pihaknya sampai saat ini masih mempelajari secara mendetail proyek tersebut. (NEL/FRO/RAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com