Banyuwangi, Kompas
Kereta api (KA) pertama yang melintasi jalur itu adalah Probowango jurusan Probolinggo-Banyuwangi. KA melintasi jembatan Bayalangu yang masih darurat dengan kecepatan hanya 5 kilometer (km) per jam.
Sebelumnya, akibat longsor, dua jadwal KA menuju Surabaya dibatalkan. Perjalanan KA lainnya dihentikan di Stasiun Karangasem yang jaraknya sekitar 10 km dari Stasiun Banyuwangi Baru. KA tersebut di antaranya KA Tawangalun dari Malang dan Sritanjung dari Yogyakarta. Penumpang pun menumpuk di stasiun tersebut.
KA Mutiara yang tiba di Banyuwangi Rabu sore juga sempat tertahan di stasiun tersebut. Jadwal perjalanan KA Mutiara Malam dan Mutiara Pagi juga ditiadakan.
Longsor terjadi karena hujan deras dan angin kencang yang turun sejak siang. Sejumlah warga yang tinggal di dekat jembatan terkejut saat mendengar suara gemuruh dari arah sungai.
Kepala Polres Banyuwangi Ajun Komisaris Besar Nanang Masbudi mengatakan, runtuhnya sebagian penyangga jembatan diperkirakan karena derasnya arus Sungai Bayalangu setelah hujan.
Kepala Humas PT KA Daop IX Gatut Sutiyatmoko mengatakan, perbaikan penyangga rel dilakukan setelah ada laporan. ”Kejadian ini mirip dengan tahun 2010 lalu. Saat itu longsor terjadi di lokasi yang sama, dan kondisinya lebih parah. Waktu itu, perbaikan dua bulan. Kalau ini lebih ringan, jadi lebih cepat ditangani,” katanya.
Sementara itu, hujan deras yang mengguyur Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, sejak Rabu sore hingga malam juga menyebabkan longsor. Rumah Siti Salni (42), warga di RT 3/RW 1, Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga, rusak berat akibat longsor. Tak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Saat kejadian, salah satu anak Siti, yakni Mira (17), tengah menonton televisi di rumah. Siti dan seorang putranya, Ivan (15), sedang berada di luar rumah.