Kupang, Kompas -
Sebanyak 319 pengungsi yang tersebar di Ropa, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, mulai memakan batang pisang muda sebagai makanan tambahan.
Hal itu diungkapkan Ketua Theater Kemanusiaan Sikka Yie Gae Tjie, yang mengunjungi pengungsi di Ropa, Ende, Minggu (30/12).
Adapun pengungsi yang lain di Maumere juga turun berdemo ke Kantor Bupati Sikka. Aksi itu bertujuan menuntut perhatian pemerintah terhadap nasib mereka.
”Mereka kesulitan bahan makanan. Mereka mulai mengonsumsi batang pisang muda,” kata Tjie, yang bersama tiga rekannya memantau dan membawa bantuan.
Menurut Tjie, meskipun jumlahnya ada 319 orang, jumlah itu akan terus bertambah. ”Kebanyakan mereka anak-anak, perempuan, dan orangtua,” lanjutnya.
”Batang pisang muda itu dicampur dengan sayuran sebanyak mungkin untuk tambahan makanan. Sebagian ada yang cuma mengonsumsi sayuran tersebut,” katanya.
Menurut Tjie, bantuan pemerintah memang ada, tetapi tidak cukup. ”Kehidupan mereka jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat tinggal di kampung asalnya. Mereka tak pernah mengonsumsi batang pisang, yang biasa dikonsumsi hewan,” ujarnya.
Ansel Ngaji, salah satu pengungsi, membenarkan. Makanan memang terbatas sehingga ia ikut makan sayuran yang ditambah dengan batang pisang muda.
”Jika ada anak-anak yang masih lapar, setelah pembagian dari dapur umum, kami orangtua terpaksa mencari lagi. Padahal, kami tidak punya keluarga lainnya. Minta penduduk di sekitar pengungsian, tidak tega,” ujar Ngaji.
Namun, Ketua Posko Penanggulangan Bencana Ropa Gregorius Kari membantah. ”Itu fitnah. Kami orang Ende punya harga diri dan tidak pernah memberi makan pengungsi batang pisang muda. Itu informasi yang menyesatkan dan memalukan kami,” katanya.
Ia memastikan, bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak lainnya terus mengalir.