Serangan ini menjadi peristiwa terakhir dalam protes massa yang telah berlangsung delapan hari sejak keputusan ini diberlakukan 3 Desember. Kerusuhan merebak di seluruh Irlandia Utara, menyebabkan 29 polisi cedera dan 38 orang ditahan sepekan terakhir.
Pada peristiwa terakhir, sekitar 15 pria bertopeng melepaskan diri dari massa yang berkumpul di Newtownards Road yang dihuni banyak warga loyalis. Polisi mengatakan, mereka memecah jendela sebuah mobil polisi yang dikemudikan seorang polisi wanita dan melemparkan bom molotov ke dalamnya.
Polwan itu berhasil lolos tanpa cedera. Namun, Kepolisian Irlandia Utara (PSNI) mengatakan, mereka memperlakukan serangan itu sebagai percobaan pembunuhan.
Serangan ke mobil polisi itu membuat pemimpin Partai Ulster Unionist mengimbau diakhirinya protes-protes jalanan oleh kaum loyalis.
Selain serangan itu, serangkaian protes juga digelar di sejumlah penjuru kota. Massa melempar batu dan petasan kepada polisi yang membalas dengan tembakan meriam air sedikitnya di dua lokasi.
Protes massa berawal dari perdebatan di Dewan Kota Belfast tentang pengibaran bendera Inggris. Anggota dewan kota dari Sinn Fein dan Partai Buruh Demokrat Sosial (SDLP) menginginkan bendera itu diturunkan sama sekali. Kaum unionis menolak tuntutan itu, sedangkan Partai Aliansi, yang merupakan partai tengah, mengajukan kompromi. Mereka mengusulkan agar Union Jack hanya dikibarkan pada hari-hari tertentu.
Akhirnya diputuskan, bendera Inggris hanya dikibarkan 17 hari dalam setahun, seperti yang dilakukan dewan provinsi di Stormont, di wilayah yang dikuasai Inggris itu. Sebelumnya, bendera Inggris berkibar setiap hari di Balaikota Belfast sejak dibuka tahun 1906.
Pemimpin Partai Ulster Unionist Mike Nesbitt mengatakan, kekerasan akibat protes itu tidak bisa ditoleransi.