Banyumas, Kompas
Ribut Warsito (49), peternak Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Senin (10/12), mengatakan, dari empat sapi perah yang dipeliharanya, dua ekor di antaranya dijual ke rumah pemotongan hewan. Akibat kelangkaan stok sapi potong di pasaran, harga sapi perah yang biasanya Rp 8 juta-Rp 10 juta per ekor, kini dihargai Rp 10 juta-Rp 12 juta per ekor.
”Daripada menanggung beban pakan yang semakin tinggi, lebih baik sapi (perah) saya jual dulu. Mumpung harganya sedang tinggi karena stok sapi potong masih sedikit,” ujarnya.
Hal serupa dilakukan Tumiran (45), peternak di Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen. Dua pekan lalu, dia menjual seekor sapi perah meski mengetahui sapi itu akan dipotong untuk diambil dagingnya. ”Banyak peternak lain yang juga jual sapi perah jadi sapi potong. Mau bagaimana lagi, harga pakan terus naik, harga susu begitu-begitu saja,” tuturnya.
Harga pakan seperti polar dalam kemasan karung 50 kilogram naik dari Rp 125.000 menjadi Rp 150.000 per karung. Begitu pula rumput dari Rp 12.000 per karung naik menjadi Rp 15.000 per karung. Ampas tahu, yang dulunya hanya Rp 19.000 per karung, kini mencapai Rp 23.000.
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengakui fenomena ini. Untuk itu, dia mendorong dialog konstruktif antara koperasi persusuan dan industri pengolahan susu agar harga susu bisa naik. ”Tentunya, kualitas susu juga harus ditingkatkan agar dapat dihargai lebih tinggi. Pemerintah berkomitmen menjembatani persoalan ini,” ujarnya.(GRE)