Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semburan Metatu Diambil untuk Obat Rematik

Kompas.com - 23/11/2012, 09:22 WIB
Adi Sucipto

Penulis

GRESIK, KOMPAS.com — Informasi yang tidak jelas sumbernya dan belum teruji secara medis mendorong banyak warga meyakini cairan dari semburan lantung (minyak mentah) di Metatu, Kecamatan Benjeng, Gresik, Jawa Timur, bisa digunakan mengobati asam urat dan rematik. Warga berdatangan membawa botol minuman kemasan untuk mengambil cairan semburan.

Menurut Kepala Desa Metatu Nur Hudi, warga percaya material semburan dapat menyembuhkan rematik dan penyakit lain. "Memang belum ada kajian ilmiahnya, tetapi ini menyangkut keyakinan warga," ujar Nur, Jumat (23/11/2012).

Kalangan dokter dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik mengimbau warga tidak menggunakan cairan semburan untuk obat. Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik Musa Ghufron menyarankan warga tidak menggunakan air semburan untuk obat kulit. "Selain kulit manusia ada yang sensitif, juga perlu penelitian kadar gasnya agar bisa diketahui khasiatnya," katanya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik Soegeng Widodo mengkhawatirkan lumpur minyak di Metatu justru mengandung zat kimia lain yang membahayakan. "Lebih baik tidak memakainya untuk obat oles. Kalau hanya untuk mengobati rematik atau melemaskan otot yang kaku bisa menggunakan air hangat yang lebih bersih," tuturnya.

Masih menyembur

Hingga saat ini semburan di Metatu terus berlangsung meskipun volumenya mengecil. Anggota tim observasi dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur, Kaemun, menyebutkan, saat ini kandungan minyak mentahnya lebih dominan. Itu terlihat dari gumpalan warna coklat kehitaman di areal sawah tambak juga pada pagar sesek (anyaman bambu) untuk mensterilkan lokasi.

Berdasar hasil observasi Badan Geologi, semburan itu mengandung gas methane (CH4) 46 persen dan Karbondioksida (CO2) 0,8 persen. Kandungan Karbon Monoksida (CO) dan Hidrogen Sulfida (H24) nihil.

Hasil uji laboratorium dari Afiliansi dan Konsultasi Industri Teknik Kimia Institut Teknologi 10 Nopember 1945 Surabaya menunjukkan pusat semburan lantung dan gas di Metatu mengandung Hidrogen Sulfida (H2S). Kandungannya mencapai 30 miligram per Liter.

Gas itu berbahaya bila terhirup manusia. Gas H2S bersifat ekstrem racun yang menempati kedudukan kedua setelah Hydrogen sianida (HCN) dan sekitar lima kali lebih beracun dari karbon monoksida (CO).

Gas H2S sangat berbahaya jika terhirup masuk ke saluran pernapasan. Jika jumlah gas H2S yang terserap ke dalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan oksidasi dalam darah,  akan menimbulkan keracunan sistem syaraf. Setelah itu secara singkat segera diikuti terjadinya sesak napas dan kelumpuhan (paralysis) pernapasan pada konsentrasi tinggi.

Jika penderita tidak segera dipindahkan ke ruangan berudara segar dan diberikan bantuan pernapasan, akan segera terjadi kematian akibat kelemasan (asphyxiation).

Pengaruh gas H2S pada konsentrasi rendah akan mengakibatkan terjadinya gejala pusing, mual, rasa melayang, batuk-batuk, gelisah, mengantuk, rasa kering dan nyeri di hidung, tenggorokan, dan dada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com