BANDUNG, KOMPAS -
Demikian kesimpulan yang muncul dari peringatan Hari Toleransi Internasional yang digelar di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jabar, Jumat (16/11). Peringatan itu ditandai deklarasi gerakan Bandung Lautan Damai yang melibatkan beberapa komunitas seperti Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman, Jaringan Kerja Antarumat Beragama, Setara Institute, dan Lembaga Bantuan Hukum Bandung.
”Toleransi berasal dari empati, yakni mau memahami permasalahan yang dihadapi orang
Dia menganalogikan hidup bermasyarakat sebagai sebuah perjalanan bersama. Toleransi dan rasa kebersamaan itulah yang menentukan keberhasilan perjalanan karena setiap komponen masyarakat saling memberi daya hidup.
Hari Toleransi Internasional diperingati sejak 1996, setahun setelah UNESCO—organisasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan—mengadopsi deklarasi prinsip toleransi pada 16 November 1995. Pengertian toleransi dalam deklarasi ini meliputi toleransi agama dan keyakinan.
Peneliti dari Setara Institute, Ismail Hasani, mengungkapkan, Jabar menempati peringkat pertama dalam hal intoleransi agama selama dua tahun berturut-turut. Tahun 2011, terdapat 66 kasus yang berlangsung di Jabar dari 244 kasus di Indonesia. Jumlah itu meningkat hingga 80 kasus pada Januari-November 2012 dari keseluruhan 315 kasus yang dicatat. Pemerintah daerah dinilai punya andil dalam intoleransi beragama mulai dari pembiaran oleh aparat hingga pembuatan peraturan daerah.