Jakarta, Kompas -
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, dentuman terdengar hingga Pos Gunung Lokon dan Gunung Mahawu, 6 km dari Kawah Tompaluan. ”Kami rekomendasikan agar masyarakat tak beraktivitas dalam radius 2,5 km dari Kawah Tompaluan,” kata dia, kemarin.
Surono juga meminta masyarakat di sekitar Gunung Lokon siaga dan bersabar karena lebih dari satu tahun gunung ini meletus sporadis.
Aktivitas Lokon meningkat sejak Minggu pagi. Gempa vulkanik dalam terjadi hingga 30 kali, vulkanik dangkal hingga 142 kali, 8 kali embusan, dan getaran tremor yang terus-menerus dengan amplitudo 2 mm.
Menurut Surono, Lokon ditetapkan Awas sejak 10 Juli 2011 dan meletus pertama 14 Juli 2011. Statusnya turun jadi Siaga (III) sejak 24 Juli 2011. Hingga kini, Lokon tak stabil, terus meletus.
Gunung Lokon yang berjarak 5 kilometer dari Kota Tomohon atau 40 km dari Kota Manado ini juga meletus Sabtu (15/9) dan Rabu (19/9).
Geolog PVMBG, Akhmad Zaenudin, mengatakan, Lokon diperkirakan terus meletus secara eksplosif hingga terbentuk sumbat baru. ”Saat ini jalur magma di Kawah Tompaluan sudah terbuka,” katanya.
Setelah terbentuk sumbat, gunung ini akan sejenak beristirahat untuk mengumpulkan kekuatan. Jika mencukupi hingga bisa menjebol sumbat, seperti terjadi Desember 2011, maka Lokon kembali akan meletus.
”Lokon masih pada fase awal pembentukan kerucut gunung api, ditandai letusan eksplosif. Produknya berupa jatuhan awan panas dan aliran awan panas. Belum ada aliran lava,” katanya.
Lokon merupakan gunung api muda yang terbentuk pasca-letusan hebat gunung api purba sehingga membentuk Kaldera Tondano sekitar dua juta tahun lalu. ”Gunung Lokon, selain Soputan, muncul pasca-terbentuknya kaldera ini. Gunung-gunung api muda ini tumbuh di zona sesar atau zona lemah di pinggiran kaldera,” kata Zaenudin.
Sebagaimana Lokon, Gunung Soputan juga gunung aktif dan kerap meletus. Tingginya aktivitas gunung di Sulut dipicu hiperaktifnya pergerakan lempeng di kawasan ini.