Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inpres soal HPP Kedelai Segera Diteken

Kompas.com - 11/10/2012, 02:56 WIB

Jakarta, Kompas - Penetapan harga pembelian pemerintah kedelai untuk petani dan perajin tahu-tempe akan dituangkan dalam bentuk instruksi presiden. Inpres tersebut rencananya diteken Presiden pada November mendatang. Sejauh ini usulan besanya HPP kedelai sekitar Rp 7.000 per kilogram.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh, di Jakarta, Rabu (10/10), mengatakan, harga pembelian pemerintah (HPP) kedelai ditetapkan dengan instruksi presiden (inpres) karena sifat kebijakan sudah lintas kementerian dan menyangkut penggunaan anggaran negara. Inpres tersebut berisi kebijakan pengadaan kedelai di dalam negeri dan impor ketika komoditas itu kurang. ”Kemungkinan bulan depan sudah diteken, kecuali jika Presiden menolaknya,” tuturnya.

Ia menjelaskan, akan ada dua HPP, yakni HPP pembelian dan HPP penjualan. HPP pembelian adalah patokan harga minimal saat Bulog membeli kedelai dari petani, sementara HPP penjualan adalah patokan harga minimal saat Bulog menjual kedelai ke perajin tahu-tempe. Bulog ditargetkan menyerap kedelai petani sebanyak 400.000-500.000 ton dalam setahun.

Deddy menjelaskan, usulan besarnya HPP untuk petani sejauh ini berkisar di level Rp 7.000 per kilogram (kg). Namun, pemerintah belum memberikan persetujuan. Pemerintah masih menghitung HPP yang layak dan sesuai untuk petani. Jangan sampai HPP ke petani lebih tinggi ketimbang harga kedelai impor. Jika HPP lebih tinggi, dikhawatirkan koperasi akan lebih tertarik membeli kedelai impor ketimbang membeli dari Bulog. ”Bagi petani yang nakal, mereka juga bisa membeli kedelai impor lalu menjualnya kepada Bulog,” katanya.

Berdasarkan pantauan harga Kementerian Perdagangan, harga kedelai baik lokal maupun impor masih cukup tinggi. Harga rata-rata nasional kedelai impor per 9 Oktober tercatat Rp 9.431 per kg, sementara harga kedelai lokal Rp 9.762 per kg. Pada penutupan perdagangan di bursa Chicago Board of Trade, Rabu (10/10), harga kedelai berjangka mengalami tarik ulur yang cukup ketat.

Harga kedelai berjangka untuk kontrak pengiriman November mengalami penurunan sebesar 1 sen dan ditutup pada posisi 15,5 dolar AS per bushel. Sementara harga kedelai berjangka untuk kontrak Januari 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,25 sen dan berakhir di posisi 15,4925 dolar AS per bushel.

Sementara itu, petani kedelai di Sulawesi Selatan bergairah menyambut dua varietas benih unggul baru, Anjasmoro dan Grobogan, yang berproduktivitas tinggi. Para petani, yang umumnya beralih menanam padi tahun lalu, kini kembali antusias bercocok tanam kedelai.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Sipakatau di Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Maros, Mustari (41) mengatakan, Anjasmoro dan Grobogan merupakan benih pilihan petani dari 10 varietas unggul yang ditawarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian awal tahun ini.

Kedua varietas yang berukuran lebih besar dari benih biasa itu memiliki produktivitas rata-rata 2,2 ton sampai 3 ton per hektar dengan usia tanam 76-85 hari. ”Produktivitasnya dua kali lipat dari benih lama, seperti Orba, Wilis, dan Mahameru, yang ditanam petani tahun lalu. Benih baru ini juga lebih genjah (usia tanam cepat),” ungkap Mustari.

Keunggulan benih Anjasmoro dan Grobogan telah dibuktikan di lahan percontohan seluas 6 hektar di Desa Jenetaesa dan Desa Panincong, Kabupaten Soppeng.(ENY/RIZ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com