Saat ini harga kedelai impor mencapai Rp 7.600 per kilogram atau naik sekitar Rp 100 per kilogram dibandingkan awal pekan ini. Sementara harga kedelai lokal di pasaran masih tinggi, sekitar Rp 8.000 per kilogram.
Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Moh Zayen, Jumat (28/9), mengatakan, belum adanya harga pembelian pemerintah (HPP) menyebabkan petani selalu merugi. Kedelai di tingkat petani hanya bisa laku Rp 5.000 per kilogram.
”Kami berharap pemerintah mematok HPP cukup satu, yakni HPP kedelai di tingkat petani yang bisa mencakup harga kedelai yang lain,” katanya.
Menurut Moh Zayen, HPP ideal bagi petani sebesar Rp 7.000 per kilogram. Apalagi, kedelai lokal yang memenuhi kualitas dengan kadar air di bawah 10 persen setara harganya dengan kedelai impor.
Ketua Perajin Tahu Tempe Candisari, Kota Semarang, Warsino menghendaki penetapan HPP kedelai jangan terlalu lama. Sejak komoditas kedelai ini ramai karena harga melangit, sudah sebulan ini HPP yang ditunggu petani dan perajin belum juga ditetapkan.
Ketua Umum Dewan Kedelai Nasional Benny A Kusbini juga mendesak pemerintah segera mengeluarkan HPP untuk kedelai petani.
Sementara Ketua Kelompok Tani Sido Makmur, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan, Hardiono menyatakan, banyak anggota kelompok tani memperoleh bantuan benih. Benih kedelai itu akan ditanam pada musim labuhan, terutama di lahan kebun yang merupakan lahan tadah hujan.