SURABAYA, KOMPAS
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Distan) Jawa Timur Achmad Nurfalakhi di Surabaya, Kamis (13/9), mengatakan, sebagai lumbung pangan nasional Jatim terus menambah luas lahan produksi melalui perluasan area panen. Tahun ini, target lahan produksi bisa mencapai 2.057.244 hektar sawah, melalui peningkatan indeks pertanaman dari 1,83 persen menjadi 2,3 persen.
Dengan kenaikan indeks pertanaman tersebut, masa tanam dalam dua tahun ke depan, menjadi lima kali, sedangkan saat ini dua hingga empat kali. ”Indeks pertanaman bisa naik jika suplai air sesuai kebutuhan sehingga perlu perbaikan dan penambahan waduk, embung, dan jaringan irigasi,” ujarnya.
Enam waduk yang perlu dituntaskan segera adalah Waduk Nipah, Bajul Mati, Bendo, New Sembayat Barrage, Rawa Jabung, dan Bojonegoro.
Selama ini kendala pengairan lahan sawah masih banyak terjadi di Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Akibatnya, sawah yang mengalami kekeringan paling parah atau dengan lahan terluas melanda Bojonegoro, Lamongan, Tulungagung, Trenggalek, dan Ngawi.
Bahkan, kata Achmad, lahan kering dan padi puso juga merebak di Bojonegoro. Sebab, sistem pengairan tidak bagus. Aliran air untuk Bojonegoro berasal dari Waduk Pacal dan Bengawan Solo. Padahal Bengawan Solo mengalir dari Jawa Tengah sehingga kewenangannya tidak pada Jatim.
Pemerintah berencana membangun sejumlah waduk guna mengatasi kekeringan di beberapa wilayah Indonesia. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Muhammad Hasan, Kamis, di Kota Padang, Sumatera Barat, mengatakan, hal itu termasuk dalam cetak biru rencana pemerintah mengatasi kekeringan.
”Pembangunan infrastruktur, termasuk waduk-waduk permanen, akan dilakukan untuk mengatasi kekeringan,” katanya.
Menurut Hasan, kekeringan yang kini terjadi di sejumlah daerah juga sebagai akibat kerusakan kawasan hulu yang berperan sebagai kawasan resapan dan tangkapan air.