Direktur Bank Sampah Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Bung Hatta, Padang, Yulcherlina MT mengatakan, dari 500 ton produksi sampah tersebut, baru 44 persen yang dikelola di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Perilaku buang sampah sembarangan menjadi penyebab sampah terakumulasi sedemikian banyak ke dalam lautan. Selain lewat selokan atau sungai, sampah juga dibuang sembarangan di sejumlah sudut kota.
Ketika banjir atau genangan air terjadi saat musim hujan, sampah-sampah yang berserakan akan dibawa arus air menuju sungai, saluran banjir kanal, dan sebagainya. Semua itu akan bermuara ke laut.
Yulcherlina menambahkan, akumulasi jumlah sampah menuju laut itu di antaranya karena sebagian besar wilayah pesisir di Kota Padang belum terlayani oleh petugas kebersihan yang dipekerjakan pemerintah. Dari 11 kecamatan di Kota Padang, praktis baru delapan kecamatan yang terlayani.
Adapun di wilayah tengah kota, tempat pembuangan sementara (TPS) juga relatif tidak mencukupi. Dari idealnya satu TPS per 200 meter, saat ini jaraknya bisa terentang lebih dari tiga kilometer.
Jumlah truk pengangkut sampah juga terbatas. Dari jumlah ideal sekitar 150 unit, saat ini baru terdapat 63 unit. Dari jumlah itu pun tidak semuanya laik dipergunakan.
Sekretaris PSLH Universitas Bung Hatta, Padang, Dr Reni Desmiarti menambahkan, perhitungan jumlah 500 ton produksi sampah per hari di Kota Padang berdasarkan hitungan per orang. ”Setiap orang di Kota Padang menghasilkan antara 1,25 dan 0,5 kilogram sampah setiap hari. Dengan perhitungan moderat sekitar 0,35 kilogram sampah per hari, didapatkanlah angka 500 ton per hari,” katanya.
Sementara di TPA Air Dingin dengan luas 30,3 hektar, Reni mengatakan, pengolahan yang dilakukan juga masih konvensional dengan manajemen open dumping. Jika pengelolaan masih dilakukan dengan cara demikian, sekitar 10 tahun lagi diperkirakan TPA itu tidak akan sanggup lagi menampung sampah.