SURABAYA, KOMPAS -
”Setelah kami rapat dan membahas dari berbagai sisi, kuncinya ada di dua tokoh ini yang harus bertemu dan merumuskan (solusi),” ujar Gubernur Jatim Soekarwo seusai rapat koordinasi mengenai kasus kekerasan Sampang di Surabaya, Sabtu (8/9). Rapat itu dihadiri Bupati Sampang Noer Tjahja.
Menurut Soekarwo, pertemuan kedua tokoh tersebut akan dimediasi Kementerian Agama dan Pemprov Jatim dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan aparat. Jika tercapai solusi, kedua tokoh itu bisa menyampaikan kepada pengikutnya di Kecamatan Omben, Sampang.
Menteri Agama Suryadharma Ali juga menyebutkan, Tajul Muluk dan Rois Al Hukama, yang adalah kakak-beradik, adalah kunci untuk menyelesaikan kasus Sampang. ”Intinya ada pada Tajul Muluk dan Rois. Kalau kakak-beradik ini damai, pengikutnya damai,” kata Suryadharma seusai bertemu Soekarwo, Jumat lalu, di Surabaya.
Terkait dengan penanganan warga Syiah yang masih mengungsi, Pemprov Jatim menyiapkan rumah susun di Jemundo, Kabupaten Sidoarjo, untuk menampung mereka sementara. Namun, warga Syiah menolak untuk dipindahkan ke rumah susun itu dan bertahan di lapangan tenis dalam ruangan Sampang.
Pemerintah Kabupaten Sampang menyiapkan opsi lain, dengan mencarikan kompleks perumahan yang belum dihuni sebagai tempat penampungan sementara. ”Pak Bupati meminta waktu seminggu untuk mendata perumahan yang ada. Pemprov Jatim yang membayar sewanya. Kalau di sana ditolak lagi, ya, bagaimana lagi,” kata Soekarwo.
Menurut Noer Tjahja, Pemkab Sampang masih mencari rumah untuk penampungan yang lebih layak dibandingkan dengan lapangan tenis. ”Kami belum berkomunikasi dengan pengungsi. Mungkin Senin nanti. Harus ada persetujuan kedua belah pihak,” ucap Bupati Sampang.
Ia juga mengatakan, kekerasan yang berulang di Sampang ini kompleks. Berbagai pihak pun akan diajak berdialog.