Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Rela Mangrove Dibabat Jadi Tambak

Kompas.com - 31/08/2012, 05:18 WIB

Oleh Aris Prasetyo

Desa Torosiaje di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, dikenal sebagai permukiman para pelaut suku Bajo. Pohon mangrove telah menjadi bagian dari hidup mereka. Tidak rela hutan bakau itu berubah jadi tambak, kini warga setempat ramai-ramai menanam bakau sebagai perisai alam. 

Sejak awal tahun 1990-an Torosiaje sudah dihuni oleh suku Bajo. Mereka hidup sebagai nelayan. Sayangnya, puluhan hektar hutan mangrove dibabat dan dialihfungsikan menjadi tambak yang justru mengancam komunitas suku Bajo.

Dengan kayu dari hutan mangrove, hampir semua kebutuhan untuk hidup nyaman bagi warga suku itu terpenuhi. Mulai dari pembuatan perkakas rumah, kayu bakar, sampai perlengkapan perahu, semuanya memerlukan kayu mangrove. Namun, pembabatan tidak dibarengi dengan penanaman kembali.

Pembabatan semakin merajalela seiring maraknya alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak ikan dan udang. Ini terjadi sekitar 10 tahun terakhir. Alih fungsi relatif mudah karena mendapat izin kepala desa dan camat. Dari catatan Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (Japesda), organisasi nirlaba bidang lingkungan di Gorontalo, dari 244 hektar hutan mangrove di Torosiaje, hampir 58 hektar di antaranya musnah akibat alih fungsi menjadi tambak.

”Alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak biasanya dilakukan oleh perusahaan yang mengantongi izin atau juga perseorangan tanpa izin. Nafsu mendapatkan keuntungan ekonomi dalam waktu singkat membuat mereka lupa dampak yang ditimbulkan,” ujar Ahmad Basohwan, koordinator Japesda Gorontalo.

Pembabatan hutan mangrove yang diubah menjadi ”ladang” tambak langsung berdampak nyata. Salah satunya yang paling buruk adalah abrasi atau pengikisan daratan akibat empasan ombak Teluk Tomini yang berada di bagian selatan Desa Torosiaje. Diperkirakan sejak 1990-an, daratan sepanjang 10 meter ke arah laut itu mulai terkena abrasi. Bahkan, saat air laut pasang pemakaman umum di Desa Torosijae tergenang air laut.

Tokoh Desa Torosiaje, Umar Pasandre, mengakui, selain menimbulkan abrasi, dampak alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak turut mengurangi ketersediaan ikan di wilayah Torosiaje. Padahal, ikan adalah salah satu kebutuhan utama warga Torosiaje yang sebagian besar bermata pencaharian nelayan. Tegakan mangrove adalah tempat yang bagus bagi perkembangbiakan ikan dan plankton.

”Saya mengenang masa kecil ketika wilayah pesisir amat rimbun dengan mangrove. Ikan pun mudah didapat. Sekarang sudah berubah drastis, selain abrasi, tanah juga menjadi gersang akibat pembabatan hutan mangrove,” ujar Umar.

Kesadaran tumbuh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com