Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Bertaut Maut di Kepulauan Rempah

Kompas.com - 31/07/2012, 23:31 WIB

Hidup memang tak mudah di Kepulauan Banda yang pada masa lalu kerap dinamakan ”Kepulauan Rempah”. Selain tiadanya tenaga medis, di Pulau Ay juga tidak ada listrik dan sumber air bersih. Warga harus bergantung pada air hujan untuk minum. Pada musim kemarau mereka terpaksa harus naik perahu hingga ke Pulau Neira untuk mencari air bersih.

Kehidupan serba sulit di Pulau Ay dan sejumlah pulau lain di Kepulauan Banda sangat kontras dengan cerita kejayaan pala ratusan tahun lalu. Saat itu, pala menjadi rebutan bangsa Barat, Portugis, Belanda, dan Inggris, yang berperang demi menguasai komoditas dunia paling berharga yang hanya ada di Kepulauan Banda.

Pulau Run, yang berada satu jam dari Pulau Ay, menjadi salah satu pusat pertarungan Belanda dan Inggris untuk memonopoli perdagangan pala. Pada 1600-an, saat sekantong pala harganya setara dengan sekantong emas, Pulau Run dihargai lebih tinggi daripada Manhattan, pulau tempat kota New York saat ini berada.

Setelah peperangan berdarah memperebutkan Run, akhirnya kedua negara bersepakat mencari kompromi. Permusuhan dihentikan pada 1667 dengan Traktat Breda. Salah satu prinsip dari traktat itu bahwa Inggris harus mengakhiri kekuasaan mereka di Pulau Run dan menyerahkannya kepada Belanda.

Sebagai gantinya, koloni Belanda, Nieuw Amsterdam di Pulau Manhattan, harus diserahkan kepada Inggris. VOC sepertinya diuntungkan dengan menancapkan kekuasaannya dalam monopoli perdagangan pala dunia.

Inggris kemudian mengganti nama Nieuw Amsterdam menjadi New York. Kini, New York menjadi salah satu pusat budaya dan perdagangan dunia. Adapun Pulau Run, seperti juga Pulau Ay, dan pulau-pulau lain di ”Kepulauan Rempah” tetap berada dalam ketertinggalan. Warga harus berjibaku melewati perairan ganas demi mendapatkan kebutuhan dasar hidup mereka.(M Zaid Wahyudi/Ahmad Arif)

Ikuti perjalanan Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas di www.cincinapi.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com