BANDUNG, KOMPAS.com — Di antara pihak yang tergabung dalam mogok produksi perajin tempe dan tahu, barangkali pekerja adalah kaum yang paling terdampak. Mereka harus kehilangan honor harian yang biasa didapat dengan membuat tahu.
Hal itu diutarakan Dika, salah seorang pekerja pabrik tahu yang terletak di Sentra Kerajinan Tahu Cibuntu, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/7/2012). Dika sejak semalam tidak bekerja karena pemilik kerajinan tahu sepakat mogok kerja sebagai solidaritas kepada Pusat Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (Puskopti).
Setiap hari setidaknya Dika mendapatkan honor Rp 70.000 dari membuat tahu. "Kalau tidak berproduksi, tidak ada uang yang saya terima," ujar Dika dengan nada pasrah.
Dika beserta rekan satu pabrik, Atep, hanya berdiam diri di dalam pabrik yang kosong melompong dan tidak beraktivitas. Setiap hari, pabrik tempatnya bekerja menghabiskan 400 kilogram kedelai untuk dibuat menjadi tahu.
Iman Saefulloh, perajin tahu lainnya, mengutarakan, pekerja pabrik tahu menjadi kaum yang paling merana akibat mogok kerja ini. Pasalnya, mereka kehilangan satu-satunya pegangan finansial untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara untuk berutang kepada pemilik pabrik juga sulit mengingat mereka juga kesulitan uang karena menjalani mogok.
Menurut data dari Puskopti Jawa Barat, tercatat 14.000 perajin tersebar di seluruh wilayah. Bila diasumsikan satu pabrik merekrut lima pekerja, berarti ada setidaknya 70.000 pekerja yang terkait dalam industri ini.
Mogok kerja digelar selama tiga hari, 25-27 Juli, sebagai bentuk protes atas harga kedelai yang kini membubung tinggi. Berdasarkan harga terakhir di pasaran, 1 kilogram kedelai seharga Rp 7.800.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.